back to blog

Sulit Cari Karyawan Berkualitas? HR Perlu Ubah Cara Main

Read Time 5 mins | 27 Mei 2025 | Written by: Hastin Lia

47754

Di tengah persaingan industri yang semakin ketat, kebutuhan perusahaan akan talenta berkualitas menjadi semakin mendesak. Namun, tidak sedikit praktisi Human Resources (HR) yang mengeluhkan betapa sulitnya menemukan kandidat yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan bisnis, baik dari segi keterampilan teknis maupun kecocokan budaya kerja. Proses rekrutmen yang stagnan, pendekatan yang masih konvensional, serta kurangnya adaptasi terhadap perubahan pasar tenaga kerja turut memperparah situasi ini. Untuk menjawab tantangan tersebut, sudah saatnya tim HR mengevaluasi kembali strategi yang digunakan dan berani mengubah cara bermain agar proses pencarian dan perekrutan karyawan tidak lagi menjadi beban, melainkan menjadi keunggulan kompetitif bagi perusahaan.

Mengapa Karyawan Berkualitas Sulit Ditemukan?

Permasalahan dalam merekrut karyawan berkualitas tidak sepenuhnya terletak pada kurangnya talenta di pasar, melainkan sering kali disebabkan oleh ketidaksesuaian antara ekspektasi perusahaan dan pendekatan rekrutmen yang digunakan. Banyak perusahaan masih berpegang pada pola pikir lama yang menekankan aspek akademis atau pengalaman kerja formal, tanpa mempertimbangkan kemampuan nyata yang dimiliki kandidat dalam memecahkan masalah atau bekerja dalam tim. Di sisi lain, kandidat berkualitas kini semakin selektif dalam memilih tempat kerja, karena mereka mencari bukan hanya gaji, tetapi juga nilai, budaya, dan prospek pengembangan diri yang ditawarkan.

Banyak proses rekrutmen yang dirancang secara administratif, bukan strategis. Hal ini membuat perusahaan kesulitan dalam menyaring kandidat potensial secara efektif. Ketika proses seleksi tidak dirancang untuk menggali potensi, maka kandidat unggul pun dapat tersisih hanya karena tidak memenuhi syarat administratif tertentu. Selain itu, kurangnya pemanfaatan data dan teknologi dalam proses rekrutmen juga menyebabkan proses menjadi tidak efisien dan penuh bias.

Baca juga: LinkedIn atau Job Portal, Mana Strategi Tepat Rekrut IT

Kesalahan Umum dalam Strategi Rekrutmen HR

1. Terlalu Fokus pada CV dan Latar Belakang Akademis


CV yang rapi dan latar belakang akademis yang mengesankan sering kali dijadikan acuan utama dalam menilai kualitas kandidat. Padahal, tidak semua kemampuan dapat tercermin melalui CV. Soft skills seperti kemampuan komunikasi, kerja sama tim, dan kemampuan adaptasi tidak selalu terlihat dari riwayat pendidikan atau pengalaman kerja sebelumnya. Ketika HR terlalu terpaku pada "kulit luar" kandidat, banyak potensi besar yang terlewatkan.

2. Proses Seleksi yang Terlalu Panjang dan Melelahkan

Proses seleksi yang berbelit-belit menjadi salah satu alasan utama mengapa kandidat berkualitas mundur dari proses rekrutmen. Mereka memiliki banyak pilihan dan tidak akan menunggu terlalu lama untuk satu perusahaan. Proses yang tidak efisien, kurangnya komunikasi, serta minimnya kepastian membuat perusahaan kehilangan kesempatan mendapatkan talenta unggulan.

3. Tidak Mengoptimalkan Employer Branding

Employer branding berfungsi sebagai wajah perusahaan di mata para pencari kerja. Namun, banyak perusahaan yang belum menyadari pentingnya membangun citra sebagai tempat kerja yang menarik. Akibatnya, kandidat berkualitas tidak tertarik melamar atau bahkan tidak mengetahui keberadaan perusahaan tersebut. Tanpa reputasi yang kuat sebagai employer of choice, perusahaan akan kalah bersaing dengan kompetitor dalam menarik talenta terbaik.

4. Minimnya Pemanfaatan Teknologi

Teknologi dapat membantu HR menyaring ratusan hingga ribuan CV secara efisien melalui sistem seperti Applicant Tracking System (ATS). Selain itu, berbagai platform berbasis Artificial Intelligence (AI) dapat digunakan untuk menganalisis data kandidat, melakukan pre-assessment, hingga memberikan rekomendasi berdasarkan potensi kandidat. Sayangnya, masih banyak HR yang bergantung pada cara manual yang memakan waktu dan rentan terhadap bias subjektif.

5. Kurang Kolaborasi Antara HR dan User

Sering kali terdapat kesenjangan pemahaman antara tim HR dan user atau departemen yang membutuhkan karyawan baru. Ketika HR tidak memahami secara detail kebutuhan teknis dari posisi yang akan diisi, maka kriteria yang ditetapkan pun bisa tidak sesuai. Hasilnya, kandidat yang direkrut tidak mampu memenuhi ekspektasi user, dan proses rekrutmen pun menjadi tidak efektif.

6. Tidak Fokus pada Retensi Sejak Awal

Rekrutmen yang berhasil tidak hanya menghasilkan karyawan baru, tetapi juga menjamin keberlangsungan kontribusinya dalam jangka panjang. Namun, jika proses seleksi tidak menilai kesesuaian budaya atau komitmen jangka panjang, maka kemungkinan besar karyawan baru akan resign dalam waktu singkat. Hal ini akan membebani perusahaan dengan biaya rekrutmen ulang serta menurunkan produktivitas tim.

Cara Baru untuk Menarik dan Menyaring Karyawan Berkualitas

1. Gunakan Pendekatan Human-Centered Recruitment

Pendekatan yang berfokus pada pengalaman kandidat atau candidate experience menjadi kunci dalam rekrutmen modern. Perusahaan perlu menyediakan proses seleksi yang jelas, transparan, dan memberi ruang bagi kandidat untuk menunjukkan potensi terbaik mereka. Komunikasi dua arah, feedback yang cepat, serta sikap terbuka terhadap pertanyaan dari kandidat merupakan bagian dari proses ini. Kandidat yang merasa dihargai akan lebih tertarik untuk bergabung dan berkontribusi.

2. Aktif di Komunitas dan Platform Profesional

HR perlu lebih aktif menjalin relasi dengan komunitas profesional yang relevan. Kehadiran di berbagai acara industri, seminar, workshop, atau platform seperti LinkedIn, GitHub, dan Behance dapat membuka akses terhadap talenta yang mungkin tidak aktif mencari kerja, tetapi terbuka pada peluang baru. Dengan pendekatan yang lebih proaktif, perusahaan bisa menjangkau kandidat sebelum mereka dilirik oleh kompetitor.

3. Terapkan Teknik Saring Modern: Assessment, Simulation, dan AI Tools

Alih-alih mengandalkan wawancara standar, perusahaan dapat menggunakan berbagai metode penilaian yang lebih akurat seperti simulasi kerja (work simulation), tes kompetensi berbasis situasi, hingga gamified assessments. Tools berbasis AI juga dapat membantu menyaring kandidat berdasarkan kemampuan, bukan sekadar pengalaman masa lalu. Hal ini meningkatkan objektivitas dan kecepatan dalam pengambilan keputusan.

4. Bangun Employer Branding yang Otentik

Kandidat masa kini ingin mengetahui budaya kerja secara nyata sebelum mereka melamar. Oleh karena itu, perusahaan perlu membangun employer branding yang otentik melalui berbagai kanal seperti media sosial, blog, video testimoni karyawan, dan konten yang menampilkan keseharian kerja. Employer branding yang kuat akan menarik kandidat yang memiliki kesamaan nilai dan visi, sehingga meningkatkan kesesuaian budaya.

5. Bentuk Tim Rekrutmen yang Adaptif dan Melek Data

Tim HR harus dibekali dengan keterampilan analitis agar mampu memanfaatkan data dalam proses pengambilan keputusan. Data seperti time-to-hire, sumber kandidat terbaik, rasio konversi dari interview ke penawaran, dan tingkat retensi perlu dianalisis secara berkala untuk meningkatkan efektivitas strategi rekrutmen. Selain itu, HR juga harus terus mengembangkan kompetensi digital untuk mengikuti perkembangan teknologi dalam dunia kerja.

Menyesuaikan Strategi Rekrutmen dengan Dinamika Pasar Tenaga Kerja

Pasar tenaga kerja yang dinamis menuntut HR untuk tidak sekadar menjadi eksekutor administratif, tetapi menjadi mitra strategis dalam membangun organisasi. Hal ini mencakup pemahaman terhadap tren demografis, preferensi generasi muda terhadap pekerjaan, serta perubahan nilai-nilai dalam dunia kerja. Karyawan berkualitas tidak lagi hanya tertarik pada gaji besar, tetapi juga mencari lingkungan kerja yang mendukung fleksibilitas, kesehatan mental, dan pengembangan diri.

Perubahan strategi ini juga menuntut adanya keberanian dari pihak manajemen untuk berinvestasi dalam proses rekrutmen yang lebih cerdas. Mulai dari pengembangan sistem digital rekrutmen, pelatihan HR, hingga alokasi anggaran untuk employer branding dan kampanye rekrutmen kreatif. Dengan pendekatan yang lebih menyeluruh, perusahaan akan mampu menarik kandidat unggul dan mempertahankan mereka dalam jangka panjang.

Peran HR Sebagai Agen Transformasi

HR bukan hanya berperan sebagai pelaksana administrasi ketenagakerjaan, melainkan juga sebagai agen transformasi budaya kerja. Melalui rekrutmen yang strategis, HR memiliki kesempatan besar untuk membentuk identitas organisasi melalui orang-orang yang direkrut. Ini berarti bahwa proses rekrutmen tidak boleh lagi dilakukan sekadar untuk mengisi posisi kosong, tetapi harus dilihat sebagai upaya membangun masa depan perusahaan.

Untuk itu, HR perlu membangun mindset rekrutmen sebagai proses branding, negosiasi, dan seleksi strategis secara bersamaan. Dalam setiap tahapnya, HR harus memastikan bahwa nilai perusahaan tersampaikan dengan jelas, ekspektasi disepakati sejak awal, dan keputusan didasarkan pada data serta observasi yang akurat.

Kolaborasi dan Evaluasi Berkelanjutan

Terakhir, transformasi strategi rekrutmen tidak akan berhasil tanpa adanya kolaborasi lintas departemen dan evaluasi yang berkelanjutan. HR harus membuka ruang diskusi dengan user, mendapatkan feedback dari kandidat, dan secara aktif memperbaiki proses berdasarkan data dan masukan yang diterima. Dengan siklus perbaikan terus-menerus ini, perusahaan akan semakin siap menghadapi tantangan pasar kerja yang terus berubah.

Baca juga: Kenapa Memahami Behavioral Science Itu Penting dalam Merekrut Karyawan

Kesimpulan 

Menghadapi tantangan dalam menemukan karyawan berkualitas bukan berarti pasar tenaga kerja kekurangan talenta, melainkan perusahaan perlu mengevaluasi dan menyesuaikan kembali cara rekrutmen yang selama ini digunakan; melalui pendekatan yang lebih adaptif, humanis, dan berbasis data, HR dapat menciptakan pengalaman rekrutmen yang unggul dan menjadi daya tarik tersendiri bagi kandidat terbaik—dengan demikian, membangun tim yang bukan hanya kompeten, tetapi juga selaras dengan misi perusahaan dalam jangka panjang.

Anda bisa mengunjungi MSBU, layanan IT staffing dan rekrutmen yang dapat membantu perusahaan Anda menemukan kandidat terbaik dengan lebih aman dan efisien.

 
Hastin Lia

Passionate di dunia IT, sering berbagi tentang teknologi, keamanan data, dan solusi digital.