Ingin Naik Jabatan? Hindari 3 Sikap Penghambat Ini
Read Time 4 mins | 24 Jun 2025 | Written by: Hastin Lia
Naik jabatan sering dianggap sebagai buah dari loyalitas dan jam kerja yang panjang. Tidak salah, tapi itu belum cukup. Banyak profesional yang sudah bertahun-tahun bekerja, tetap tak kunjung dilirik untuk naik posisi. Sementara yang lain, dengan masa kerja lebih singkat, justru lebih cepat menanjak kariernya. Fenomena ini bukan soal keberuntungan atau sekadar kedekatan dengan atasan. Dalam banyak kasus, hambatan promosi justru datang dari kebiasaan-kebiasaan yang tanpa disadari membatasi potensi diri untuk berkembang lebih jauh. Artikel ini akan membahas tiga hal yang sering jadi pengganjal, bahkan bagi karyawan dengan performa baik sekalipun.
Terlalu Sibuk Sendiri, Lupa Bangun Arah Bareng Tim
Semangat untuk tampil maksimal adalah modal penting. Tapi jika seluruh perhatian hanya tercurah pada pencapaian individu, kamu mungkin sedang menggali lubang untuk kariermu sendiri. Banyak karyawan beranggapan bahwa selama target pribadi tercapai, maka peluang promosi akan otomatis terbuka. Padahal, untuk posisi yang lebih tinggi, parameter yang digunakan tidak lagi hanya angka output.
Manajemen akan melihat apakah seseorang mampu membangun sinergi tim, menjadi jembatan antar rekan kerja, dan memberi pengaruh positif dalam dinamika kerja sehari-hari. Misalnya, seseorang yang menyelesaikan tugasnya dengan cepat tapi enggan membantu rekan lain, atau memilih diam saat tim menghadapi kebuntuan, akan dipandang kurang siap untuk memimpin. Kepemimpinan bukan hanya tentang menyelesaikan pekerjaan, tapi menggerakkan orang lain untuk ikut maju bersama.
Lebih dari itu, jabatan yang lebih tinggi biasanya disertai tanggung jawab memandu tim, menyelaraskan tujuan, hingga menyelesaikan konflik. Tanpa pengalaman berinteraksi secara kolaboratif, kemampuan itu tidak akan terbentuk. Maka, penting untuk tidak hanya dikenal sebagai pekerja yang cekatan, tetapi juga sebagai rekan yang suportif dan komunikatif. Jangan sampai kamu hebat sendirian—tapi gagal tumbuh bersama.
Baca juga: Interview Kerja Gagal? Mungkin Kamu Perlu Melakukan Ini
Jarang Ambil Inisiatif, Tapi Ingin Dianggap Siap
Banyak orang merasa sudah waktunya naik jabatan karena sudah “cukup lama” bekerja atau karena telah menyelesaikan banyak tugas besar. Namun saat ditanya kontribusi apa yang pernah dia mulai sendiri, jawabannya kosong. Inilah celah yang sering membuat atasan ragu untuk memberikan promosi.
Promosi tidak diberikan kepada mereka yang hanya menyelesaikan tugas dengan baik, tetapi kepada mereka yang menunjukkan kemampuan untuk berpikir ke depan, membaca kebutuhan yang belum terlihat, dan mengambil langkah meski tanpa diminta. Seseorang yang siap naik jabatan biasanya tampak dari inisiatifnya: menawarkan solusi saat terjadi kendala, mengusulkan perbaikan proses kerja, atau membantu mengatasi masalah tim tanpa harus menunggu instruksi.
Sikap seperti ini membedakan antara eksekutor dan pemimpin. Eksekutor menunggu perintah dan menjalankan. Pemimpin mengenali masalah, menggagas langkah, dan mendorong orang lain untuk bergerak bersama. Jika selama ini kamu hanya fokus menjalankan arahan, saatnya berlatih berpikir satu langkah lebih maju. Jangan hanya menunggu peluang datang, tapi ciptakan momen yang menunjukkan bahwa kamu layak diberi tanggung jawab lebih besar.
Sebagai contoh, kamu bisa mulai dari hal sederhana: menyusun ringkasan hasil rapat secara inisiatif, menawarkan diri menjadi PIC dalam proyek kecil, atau merancang ide efisiensi operasional. Meskipun tidak selalu langsung dihargai besar, langkah-langkah kecil ini membentuk jejak kontribusi yang dilihat manajemen. Lambat laun, reputasi sebagai orang yang proaktif akan melekat—dan itulah salah satu kunci dipertimbangkan untuk promosi.
Menolak Tantangan Baru karena Takut Salah
Setiap jenjang karier datang dengan tantangan baru yang tidak selalu nyaman. Sayangnya, banyak karyawan yang justru menghindari kesempatan berkembang hanya karena khawatir gagal. Ketika ditawari memimpin tim kecil, menjadi pembicara di forum internal, atau menangani proyek lintas divisi, mereka langsung menolak. Alasannya beragam: “takut salah”, “belum siap”, atau “itu di luar tugas saya”.
Sikap seperti ini sangat membatasi ruang pertumbuhan. Dalam penilaian manajemen, kesiapan naik jabatan tidak selalu diukur dari hasil akhir yang sempurna, tapi dari keberanian mencoba, kemampuan belajar, dan kesungguhan menyelesaikan tanggung jawab yang belum pernah dipegang sebelumnya. Mereka yang berani menerima tantangan akan mendapatkan panggung untuk menunjukkan potensinya.
Sebaliknya, mereka yang terus bermain aman akan sulit terlihat. Padahal, tugas-tugas tambahan adalah momen pembuktian paling nyata. Di sanalah kamu diuji apakah bisa beradaptasi, mengatur prioritas, atau mengambil keputusan saat situasi tak ideal. Kegagalan bisa terjadi, tapi sikap bertanggung jawab atas proses jauh lebih dihargai daripada hasil yang tanpa tantangan.
Kalau kamu merasa belum percaya diri, jangan buru-buru menolak. Coba lihat kesempatan itu sebagai ruang belajar. Bangun kebiasaan meminta feedback dari atasan, minta masukan dari rekan senior, dan evaluasi dirimu secara rutin. Kemampuan akan tumbuh dari pengalaman, bukan dari menunggu sampai “siap sempurna”. Dan saat kamu berhasil mengelola tantangan baru, kepercayaan terhadapmu akan ikut tumbuh.
Baca juga: Hal-Hal Penting yang Harus Anda Lakukan Setelah Resign
Siapkan Diri, Tunjukkan Kamu Layak
Kenaikan jabatan bukan sekadar soal masa kerja atau keahlian teknis. Dunia kerja hari ini mencari figur yang bisa dipercaya untuk memimpin—dan itu terlihat dari sikap sehari-hari. Apakah kamu bisa bekerja sama? Apakah kamu punya inisiatif? Apakah kamu siap menerima tanggung jawab di luar zona nyaman?
Tiga sikap tadi sering kali menjadi pembeda utama antara mereka yang stagnan dan mereka yang melesat. Jika kamu merasa sudah cukup berusaha tapi belum juga mendapat promosi, cobalah evaluasi: apakah kamu terlalu fokus pada dirimu sendiri? Apakah kamu hanya menunggu momen tanpa menciptakan dampak nyata? Atau mungkin kamu terlalu cepat bilang “tidak” saat diminta pegang tantangan baru?
Jangan tunggu sampai posisi kosong baru mulai bersaing. Mulailah dari membangun reputasi yang konsisten. Tunjukkan bahwa kamu bukan hanya bisa bekerja, tapi juga siap memimpin. Peran yang lebih tinggi akan datang pada mereka yang sudah siap sebelum diminta. Jadi, jika kamu benar-benar ingin naik jabatan, jadilah versi terbaik dirimu—mulai dari hari ini.
Temukan Lowongan Pekerjaan Di MSBU!