Berhenti Ikut-Ikutan Rekan Kerja, Bangun Reputasi Profesionalmu
Read Time 4 mins | 12 Mei 2025 | Written by: Hastin Lia
Dalam dunia kerja yang kompetitif, keinginan untuk merasa diterima, menjadi bagian dari kelompok, atau tampil seolah-olah “serba bisa” sering kali mendorong seseorang untuk mengikuti apa yang dilakukan rekan kerja—baik dalam hal gaya bekerja, cara berpendapat, hingga keputusan karier. Fenomena ini, meskipun tampak sepele, dapat menjadi jebakan yang menghambat perkembangan profesional seseorang.
Banyak orang tidak menyadari bahwa terlalu sering meniru rekan kerja bukan hanya membuat mereka kehilangan identitas pribadi, tetapi juga sulit membangun reputasi profesional yang solid. Padahal, di tengah dinamika tempat kerja, reputasi profesional memegang peranan penting dalam menentukan arah dan keberhasilan karier seseorang.
Artikel ini akan membahas mengapa perilaku ikut-ikutan justru bisa merugikan, pentingnya membangun reputasi profesional yang autentik, serta langkah-langkah strategis untuk mulai menonjol secara positif di lingkungan kerja.
Dampak Negatif Ikut-Ikutan di Dunia Kerja
Mengikuti kebiasaan atau pola kerja rekan satu tim bukanlah hal yang selalu salah, terutama jika dilakukan untuk belajar atau menyesuaikan diri di awal masa kerja. Namun, ketika hal ini dilakukan secara berlebihan dan tanpa pertimbangan, maka akan muncul sejumlah dampak negatif, antara lain:
1. Kehilangan Identitas Pribadi
Seorang profesional seharusnya memiliki gaya kerja, pemikiran, dan prinsip yang mencerminkan kepribadiannya. Ketika seseorang terus-menerus meniru gaya berpikir atau bertindak rekan kerja tanpa memahami konteks atau alasannya, ia akan kehilangan keunikan yang seharusnya menjadi nilai jual di dunia profesional.
2. Sulit Diandalkan Karena Tidak Memiliki Pendirian
Pimpinan dan rekan kerja biasanya menghargai individu yang punya pendapat sendiri dan berani menyampaikan ide. Jika seseorang terlalu sering ikut-ikutan, maka lama-kelamaan ia akan dikenal sebagai pribadi yang tidak punya inisiatif dan sulit diandalkan untuk mengambil keputusan penting.
3. Berisiko Terjebak dalam Konflik
Tanpa pemikiran kritis, mengikuti keputusan atau pendapat rekan kerja bisa membawa seseorang ke situasi yang tidak menyenangkan, misalnya ketika pendapat yang diikuti ternyata keliru atau menimbulkan konflik antar tim. Pada akhirnya, individu tersebut bisa ikut terseret meski tidak memahami sepenuhnya duduk perkara.
4. Tidak Terlihat oleh Atasan
Salah satu kunci pengembangan karier adalah terlihat—bukan dalam arti mencari perhatian berlebihan, tetapi dikenal karena kontribusi, ide, dan hasil kerja. Jika seseorang hanya ikut arus tanpa kontribusi yang menonjol, maka kemampuannya akan sulit dikenali oleh pimpinan atau manajemen.
Baca juga: 7 Strategi Upskilling Gen Z Agar Siap Hadapi Dunia Kerja
Mengapa Reputasi Profesional Itu Penting
Reputasi profesional adalah persepsi kolektif atas kompetensi, integritas, dan kepribadian seseorang di lingkungan kerja. Dalam banyak kasus, reputasi ini lebih berdampak pada keberhasilan karier daripada sekadar pencapaian teknis.
1. Meningkatkan Kepercayaan
Seseorang yang dikenal konsisten, dapat dipercaya, dan memiliki prinsip yang jelas akan lebih dipercaya untuk mengemban tanggung jawab baru, terlibat dalam proyek strategis, atau memimpin tim. Reputasi ini menjadi dasar kepercayaan antara individu dan organisasinya.
2. Memudahkan Akses pada Peluang
Banyak peluang kerja atau promosi datang bukan karena lamaran terbuka, tetapi karena rekomendasi atau pengakuan dari orang lain. Reputasi yang baik akan membuat nama kita lebih sering disebut dalam berbagai kesempatan penting.
3. Membangun Kredibilitas Jangka Panjang
Dalam jangka panjang, reputasi profesional akan membentuk branding diri seseorang, tidak hanya di dalam perusahaan saat ini, tetapi juga di dunia kerja secara umum. Kredibilitas ini akan melekat bahkan ketika seseorang berpindah pekerjaan atau bidang.
Cara Membangun Reputasi Profesional yang Otentik
Membangun reputasi bukanlah proses instan, tetapi hasil dari kebiasaan, nilai, dan perilaku yang konsisten. Berikut beberapa cara strategis untuk membangun reputasi profesional secara otentik:
1. Kenali Nilai dan Kekuatan Pribadi
Langkah pertama adalah memahami siapa diri Anda sebenarnya. Apa yang menjadi kekuatan utama Anda? Apakah Anda ahli dalam analisis data, memiliki kemampuan komunikasi yang kuat, atau piawai dalam manajemen proyek?
Melakukan refleksi diri secara berkala akan membantu Anda menyadari di mana posisi Anda saat ini dan nilai apa yang bisa Anda tawarkan secara unik. Jika perlu, lakukan asesmen kepribadian atau minta umpan balik dari rekan kerja untuk mengetahui persepsi orang lain terhadap Anda.
2. Tegas dalam Prinsip, Fleksibel dalam Pendekatan
Memiliki prinsip tidak berarti keras kepala. Seorang profesional yang baik tahu apa yang dia yakini dan mengapa, namun tetap terbuka pada cara berpikir atau pendekatan baru. Dengan memiliki prinsip yang jelas, Anda akan lebih selektif dalam mengambil keputusan dan tidak mudah terbawa arus.
Contoh sederhana adalah saat rekan kerja terbiasa lembur tanpa alasan kuat. Anda tidak harus ikut-ikutan jika tahu bahwa manajemen waktu Anda sudah efektif. Tegaskan posisi Anda dengan cara yang sopan dan profesional.
3. Berani Tampil Berbeda Secara Positif
Lingkungan kerja yang sehat seharusnya membuka ruang bagi perbedaan ide. Jangan ragu menyampaikan pandangan yang berbeda, selama Anda melakukannya dengan data dan cara yang sopan. Sering kali, ide-ide yang “melawan arus” justru menjadi solusi baru yang dibutuhkan tim.
Menjadi berbeda bukan berarti mencari kontroversi, tetapi menunjukkan bahwa Anda mampu berpikir kritis dan memberi nilai tambah.
4. Bangun Citra Lewat Konsistensi dan Kinerja
Tidak ada reputasi tanpa bukti nyata. Oleh karena itu, penting untuk menunjukkan performa kerja yang konsisten dan berkualitas. Tepat waktu, bertanggung jawab, dan mampu menyelesaikan tugas tanpa banyak drama adalah langkah awal untuk mendapat pengakuan profesional.
Selain itu, cobalah mengambil peran dalam proyek atau kegiatan yang relevan dengan bidang keahlian Anda. Hal ini akan memperluas eksposur dan memperkuat citra Anda sebagai individu yang bisa diandalkan.
5. Kembangkan Personal Branding di Dalam dan Luar Kantor
Di era digital, reputasi Anda tidak hanya dibangun di kantor, tetapi juga di platform profesional seperti LinkedIn. Gunakan media ini untuk membagikan pemikiran, pencapaian, atau artikel yang mencerminkan keahlian dan ketertarikan Anda.
Misalnya, jika Anda tertarik dengan pengembangan SDM, Anda bisa membagikan insight tentang kepemimpinan atau budaya kerja yang sehat. Semakin banyak orang yang melihat Anda sebagai sumber pemikiran yang bernilai, semakin kuat pula reputasi Anda.
Baca juga: Dari Hobi ke Karier: Tips Jadi Mobile App Developer
Kesimpulan
Ikut-ikutan rekan kerja mungkin terasa aman dan nyaman dalam jangka pendek. Namun, jika terus dilakukan tanpa kesadaran, hal ini justru membuat Anda kehilangan arah, kehilangan identitas, dan terjebak dalam zona abu-abu di dunia kerja.
Sebaliknya, dengan mengenali nilai diri, berani tampil beda secara positif, dan membangun kinerja yang konsisten, Anda akan dikenal sebagai sosok yang dapat dipercaya, dihargai, dan memiliki reputasi yang kuat. Reputasi ini tidak hanya penting untuk kemajuan karier, tetapi juga untuk membangun kepuasan dan kebanggaan pribadi sebagai seorang profesional.
Seperti kata pepatah, “Jadilah versi terbaik dari dirimu sendiri, bukan salinan dari orang lain.” Saatnya berhenti ikut-ikutan dan mulai membangun reputasi profesional Anda sendiri—dengan cara yang otentik, bernilai, dan bermakna.
Temukan Lowongan Pekerjaan Di MSBU!