back to blog

7 Strategi Upskilling Gen Z Agar Siap Hadapi Dunia Kerja

Read Time 3 mins | 05 Mei 2025 | Written by: Hastin Lia

gen Z

Dunia kerja saat ini sudah jauh berbeda dibanding sepuluh tahun lalu. Transformasi digital telah mengubah cara perusahaan beroperasi, cara orang bekerja, dan bahkan cara kita membangun karier. Gen Z—generasi yang tumbuh bersama teknologi—memiliki potensi besar untuk sukses di era ini, tapi potensi saja nggak cukup. Dibutuhkan kesiapan, terutama dalam bentuk upskilling alias peningkatan kemampuan secara terus-menerus.

Nah, biar kamu nggak cuma jadi penonton dalam revolusi digital ini, berikut tujuh strategi upskilling yang bisa bantu kamu jadi talenta siap pakai di dunia kerja modern.

Baca juga: Dari Hobi ke Karier: Tips Jadi Mobile App Developer

1. Kuasai Soft Skill Digital

Di tengah teknologi yang makin canggih, justru kemampuan manusiawi seperti komunikasi, empati, dan kolaborasi makin dicari. Tapi bentuknya udah berubah—bukan lagi tatap muka, melainkan lewat layar. Itu sebabnya kamu butuh soft skill digital, seperti:

  • Menyampaikan ide secara jelas lewat email atau chat,
  • Menyimak dan memahami saat rapat online,
  • Bekerja sama dalam tim virtual lintas kota atau negara.

Tools seperti Zoom, Slack, Microsoft Teams, dan Google Workspace jadi "ruang kerja" baru. Kalau kamu nyaman menggunakannya dan tahu etika berkomunikasi di dalamnya, kamu udah satu langkah lebih unggul dibanding yang lain.

2. Pelajari Teknologi Dasar yang Relevan

Teknologi bukan cuma milik anak IT. Bahkan di bidang pemasaran, keuangan, hingga HR pun, kemampuan membaca data, mengotomatiskan tugas, atau mengelola informasi dengan digital tools sudah jadi kebutuhan dasar. Beberapa skill dasar yang sebaiknya kamu pelajari antara lain:

  • Spreadsheet (Excel/Google Sheets) untuk analisis data sederhana,
  • Dasar-dasar coding seperti HTML atau Python untuk memahami logika digital,
  • Automation tools seperti Zapier atau Notion untuk meningkatkan efisiensi kerja,
  • Pemahaman tentang AI dan bagaimana teknologi ini mempengaruhi berbagai industri.

Dengan memahami ini, kamu bisa lebih cepat beradaptasi, nggak kagok, dan bahkan bisa bantu tim kamu lebih produktif.

3. Ikuti Kursus Online Bersertifikat

Kabar baiknya, kamu nggak perlu kuliah ulang atau keluar uang jutaan rupiah untuk belajar skill baru. Banyak kursus online bersertifikat yang bisa diakses dengan harga terjangkau, bahkan gratis. Contohnya:

  • Coursera (banyak kursus dari kampus top dunia),
  • LinkedIn Learning (integrasi dengan profil karier kamu),
  • Dicoding, RevoU, MySkill, Harisenin (lokal, bahasa Indonesia),
  • Google Skillshop & Meta Blueprint (untuk digital marketing dan teknologi).

Sertifikat dari platform ini bisa jadi nilai tambah yang konkret saat kamu melamar kerja. Tapi lebih penting dari sertifikatnya, kamu jadi punya pemahaman yang benar-benar kamu kuasai.

4. Bangun Portofolio Digital

Kalau CV adalah janji, maka portofolio adalah bukti. Kamu bisa punya IPK tinggi dan banyak sertifikat, tapi recruiter sekarang lebih tertarik lihat hasil nyatanya. Portofolio digital bisa berupa:

  • Proyek pribadi (contohnya: website portfolio, hasil desain, video konten, atau campaign),
  • Kontribusi ke proyek open-source atau komunitas,
  • Hasil magang, freelance, atau lomba yang relevan.

Simpan semua itu di platform seperti Notion, GitHub, Behance, atau bikin website pribadi. Saat kamu kirim lamaran, cukup sertakan link portofolio—biar mereka langsung lihat skill kamu secara nyata.

5. Perluas Jaringan Profesional

Skill hebat akan makin terasa manfaatnya kalau kamu punya koneksi yang tepat. Networking nggak harus canggung, kok. Mulai dari hal-hal kecil:

  • Aktif di LinkedIn: bagikan insight, komentar yang berbobot, atau ceritakan proses belajar kamu.
  • Ikut event komunitas, webinar, atau bootcamp.
  • Gabung di forum diskusi online atau grup Telegram bidang yang kamu minati.

Lewat koneksi ini, kamu bisa dapat info peluang kerja, mentor, kolaborasi proyek, atau sekadar insight soal tren industri. Semakin luas jaringan kamu, semakin terbuka peluang baru.

6. Magang atau Ikut Program Fellowship

Magang bukan sekadar "syarat lulus kuliah". Ini adalah ajang uji coba kemampuan kamu di dunia nyata. Lewat magang, kamu bisa:

  • Belajar langsung dari profesional di industri,
  • Melihat ritme kerja, budaya organisasi, dan dinamika tim,
  • Membangun portofolio dari pengalaman nyata.

Kalau kamu nggak dapat kesempatan magang formal, banyak juga program fellowship, student ambassador, atau relawan digital yang bisa jadi alternatif. Cari program yang sesuai minat kamu, lalu manfaatkan untuk belajar dan berkembang.

7. Latih Adaptabilitas dan Growth Mindset

Terakhir, tapi justru paling penting: mentalitas belajar sepanjang hayat. Dunia kerja digital berubah cepat—skill yang relevan hari ini bisa jadi basi tahun depan. Maka dari itu, kamu perlu:

  • Growth mindset: percaya bahwa kemampuan bisa berkembang lewat proses belajar.
  • Adaptabilitas: siap menghadapi perubahan, fleksibel saat tugas berubah, dan nggak takut mencoba hal baru.
  • Resilience: tahan banting dan terus maju meski menghadapi kegagalan.

Dengan mindset ini, kamu nggak hanya siap kerja, tapi juga siap tumbuh dan sukses jangka panjang.

Baca juga: Pilih Hustle atau Slow Living untuk Sukses Jangka Panjang?

Kesimpulan

Upskilling bukan proses instan, tapi investasi jangka panjang. Gen Z punya keunggulan—tumbuh di tengah teknologi, terbiasa belajar mandiri, dan punya akses informasi luas. Tapi keunggulan ini hanya akan jadi nilai nyata kalau diiringi usaha yang konsisten.

Mulai saja dari langkah kecil: ambil satu kursus, perbaiki LinkedIn kamu, atau ikut satu event komunitas. Lalu lanjutkan ke langkah berikutnya. Dengan tujuh strategi ini, kamu nggak cuma siap kerja—kamu siap bersaing, berinovasi, dan bersinar di dunia kerja digital.

Temukan Lowongan Pekerjaan Di MSBU!

Hastin Lia

Passionate di dunia IT, sering berbagi tentang teknologi, keamanan data, dan solusi digital.