back to blog

Strategi Membedakan Kandidat IT Biasa dan High Performer

Read Time 4 mins | 16 Jun 2025 | Written by: Hastin Lia

10670

Dalam proses rekrutmen talenta teknologi, perusahaan seringkali menghadapi tantangan dalam membedakan antara kandidat yang sekadar memenuhi syarat teknis dengan kandidat yang benar-benar memiliki potensi unggul. Kesalahan dalam merekrut dapat menimbulkan biaya yang besar, baik secara finansial maupun operasional, mulai dari pelatihan ulang, rendahnya produktivitas, hingga peningkatan angka turnover. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk memiliki strategi seleksi yang tajam dan terstruktur guna mengidentifikasi high performer sejak tahap awal rekrutmen.

Ciri Umum Kandidat IT Biasa vs High Performer

Perbedaan antara kandidat IT biasa dan high performer umumnya terlihat dari tiga aspek utama: keterampilan teknis, kemampuan non-teknis, dan pola pikir. Dari sisi teknis, kandidat biasa cenderung hanya menguasai teknologi pada tingkat permukaan. Mereka mungkin memahami sintaks dan cara kerja framework tertentu, tetapi tidak memiliki pemahaman mendalam mengenai prinsip desain, arsitektur sistem, atau keamanan aplikasi. Sebaliknya, high performer tidak hanya memahami teknologi secara konseptual, tetapi juga memiliki kemampuan untuk menerapkannya dalam berbagai konteks dan keterbatasan.

Kemampuan non-teknis seperti komunikasi, kolaborasi, dan inisiatif juga menjadi pembeda utama. Kandidat biasa sering kali bekerja hanya berdasarkan instruksi, sedangkan high performer mampu menawarkan solusi, memberi masukan strategis, dan membangun komunikasi yang baik lintas tim. Mereka juga menunjukkan keingintahuan yang tinggi terhadap perkembangan teknologi dan aktif mengikuti pelatihan, forum diskusi, atau bahkan berkontribusi pada proyek open source.

Pola pikir adalah indikator lain yang tak kalah penting. High performer biasanya menunjukkan sikap proaktif, rasa kepemilikan terhadap pekerjaan, dan semangat untuk terus belajar. Mereka melihat tantangan sebagai peluang untuk berkembang, bukan sebagai hambatan. Sementara itu, kandidat biasa cenderung bersikap pasif dan lebih nyaman bekerja di zona aman yang sudah dikenalnya.

Baca juga: Sulit Cari Karyawan Berkualitas? HR Perlu Ubah Cara Main

Strategi Menyaring High Performer Sejak Tahap CV dan Wawancara

Langkah awal untuk menyaring kandidat unggul dimulai dari proses peninjauan curriculum vitae (CV). CV yang hanya berisi daftar teknologi tanpa penjelasan kontribusi nyata terhadap proyek bisa menjadi sinyal kurangnya kedalaman pengalaman. Sebaliknya, CV high performer biasanya mencerminkan hasil kerja konkret, tantangan yang pernah dihadapi, serta peran mereka dalam mengatasi masalah teknis tertentu.

Dalam tahap wawancara, penting untuk menghindari pertanyaan yang terlalu umum dan beralih ke pendekatan berbasis studi kasus. Misalnya, alih-alih menanyakan “Apakah Anda pernah membuat aplikasi mobile?”, pewawancara dapat bertanya “Ceritakan bagaimana Anda mengatasi kendala performa pada aplikasi mobile yang pernah Anda bangun.” Pertanyaan semacam ini memaksa kandidat untuk menggambarkan proses berpikir, pengambilan keputusan, dan pendekatan teknis yang mereka ambil.

Tes kemampuan problem solving juga lebih efektif dibandingkan sekadar uji coding standar. Banyak kandidat mampu menyelesaikan soal algoritma sederhana, tetapi tidak semua dapat memecahkan masalah kompleks yang mencerminkan tantangan dunia kerja nyata. Tes berbasis studi kasus dengan skenario dunia nyata, seperti debugging sistem terdistribusi atau merancang struktur data yang optimal untuk kebutuhan spesifik, dapat menjadi pembeda yang signifikan.

Selain aspek teknis, wawancara juga perlu menggali motivasi kandidat. Tanyakan alasan mereka memilih bidang teknologi tertentu, bagaimana mereka memperbarui pengetahuan, dan apa yang mereka lakukan ketika menemui kebuntuan teknis. Jawaban-jawaban ini akan memberikan gambaran tentang karakter dan semangat belajar mereka.

Gunakan Simulasi Real-World Problem dan Pair Programming

Salah satu metode seleksi yang semakin banyak digunakan oleh perusahaan teknologi terkemuka adalah simulasi tantangan dunia nyata. Alih-alih memberikan soal tertulis atau pilihan ganda, kandidat diminta menyelesaikan masalah yang menyerupai pekerjaan harian dalam posisi yang dilamar. Misalnya, seorang kandidat backend engineer dapat diuji dengan merancang endpoint API yang kompleks, termasuk skema autentikasi dan pengelolaan beban tinggi.

Simulasi ini dapat dipadukan dengan sesi pair programming bersama engineer internal. Di sini, perusahaan tidak hanya menilai hasil akhir, tetapi juga proses berpikir, kemampuan komunikasi, serta keterbukaan kandidat terhadap umpan balik. High performer biasanya menunjukkan kemauan untuk mendiskusikan solusi, menerima masukan secara terbuka, dan cepat beradaptasi terhadap konteks baru.

Sebaliknya, kandidat yang kurang unggul seringkali kesulitan menjelaskan alasan teknis di balik pilihannya, atau menunjukkan pendekatan sempit yang tidak mempertimbangkan berbagai kemungkinan solusi. Melalui pendekatan ini, perusahaan dapat melihat langsung bagaimana kandidat berpikir dalam tekanan waktu, mengelola prioritas, dan menyampaikan idenya secara terstruktur.

Libatkan Tim Teknis dalam Proses Seleksi

Keberhasilan dalam membedakan kandidat IT biasa dan high performer tidak hanya bergantung pada tim HR, tetapi juga perlu melibatkan engineer senior atau tech lead dari tim yang akan bekerja langsung dengan kandidat. Mereka memiliki pemahaman lebih dalam mengenai ekspektasi teknis dan tantangan spesifik yang dihadapi oleh tim.

Kehadiran tim teknis dalam proses wawancara akan membantu menyaring kandidat berdasarkan konteks kerja nyata, bukan sekadar nilai akademik atau pengalaman kerja sebelumnya. Diskusi antara HR dan tim teknis juga penting dalam menentukan kandidat mana yang memiliki potensi tumbuh dan berkontribusi dalam jangka panjang.

Tim teknis dapat memberikan pertimbangan tentang kecocokan budaya kerja, cara kandidat menyelesaikan masalah, serta potensi kolaborasi dalam proyek-proyek tim. Dengan demikian, proses seleksi menjadi lebih objektif dan menyeluruh, menghindari penilaian yang terlalu berdasarkan impresi semata.

Waspadai Kandidat yang Terlalu Bergantung pada Tools dan Framework

Meskipun penggunaan framework dan tools merupakan bagian dari pekerjaan sehari-hari seorang profesional IT, ketergantungan berlebihan terhadap alat tertentu bisa menjadi indikator kurangnya pemahaman konseptual. Kandidat yang hanya tahu “menggunakan” framework tertentu tanpa memahami bagaimana cara kerjanya di balik layar sering kali menghadapi kesulitan ketika berhadapan dengan masalah yang tidak dapat diselesaikan secara langsung oleh tool tersebut.

High performer umumnya memiliki pondasi kuat di bidang logika, struktur data, dan prinsip desain sistem. Mereka tidak hanya memahami “cara pakai”, tetapi juga “mengapa” pendekatan tertentu dipilih dan “kapan” harus digunakan atau dihindari. Salah satu cara untuk menguji hal ini adalah dengan menanyakan bagaimana mereka akan menyelesaikan masalah jika library atau framework favorit mereka tidak tersedia.

Misalnya, pertanyaan seperti “Bagaimana Anda akan membangun sistem routing tanpa menggunakan framework MVC?” dapat mengungkap apakah kandidat benar-benar memahami arsitektur web atau sekadar mengikuti dokumentasi. Dengan pendekatan ini, perusahaan dapat lebih akurat membedakan kandidat yang memiliki skill mentah dari mereka yang memiliki pemahaman menyeluruh dan dapat berinovasi di luar batas alat yang tersedia.

Baca juga: Screening CV Biar Nggak Overload? Ini Cara Simpelnya

Kesimpulan: High Performer Adalah Investasi Jangka Panjang

Menemukan dan merekrut kandidat IT high performer bukan hanya soal menilai keterampilan teknis, melainkan juga memahami cara kerja, pola pikir, dan potensi pertumbuhan mereka dalam organisasi. Dengan strategi seleksi yang tepat—mulai dari peninjauan CV, wawancara berbasis studi kasus, simulasi real-world problem, hingga pelibatan tim teknis—perusahaan dapat menghindari rekrutmen yang merugikan dan justru membangun tim teknologi yang solid serta berdampak jangka panjang. High performer bukan sekadar pekerja yang memenuhi tugas, melainkan aset strategis yang mendorong inovasi, efisiensi, dan ketahanan digital perusahaan.

Anda bisa mengunjungi MSBU, layanan IT staffing dan rekrutmen yang dapat membantu perusahaan Anda menemukan kandidat terbaik dengan lebih aman dan efisien.

Hastin Lia

Passionate di dunia IT, sering berbagi tentang teknologi, keamanan data, dan solusi digital.