Banyak orang merasa bahwa kepuasan dalam karir hanya bisa didapatkan ketika mereka telah mencapai puncak tertentu. Entah itu berupa promosi jabatan, kenaikan gaji, atau penghargaan dari atasan. Padahal, tidak sedikit yang sudah meraih semua itu tetapi justru merasa hampa, kehilangan arah, atau bahkan mempertanyakan makna pekerjaannya.
Fenomena ini sebenarnya bukan hal yang baru. Kita hidup di era yang sangat menghargai hasil—seberapa cepat naik jabatan, seberapa banyak project yang berhasil diselesaikan, atau berapa angka yang berhasil dicapai dalam laporan akhir bulan. Di tengah tekanan untuk terus produktif dan kompetitif, tidak heran jika banyak yang lupa menikmati proses perjalanan karirnya.
Lalu, bagaimana jika kepuasan karir sebenarnya bukan sesuatu yang hanya terletak pada pencapaian akhir, tapi justru ditemukan dalam proses yang kita jalani setiap hari?
Sebelum membahas lebih jauh, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu perbedaan antara hasil dan proses dalam konteks karir.
Hasil adalah segala bentuk pencapaian yang bisa diukur secara konkret. Misalnya, mendapatkan promosi, menyelesaikan target penjualan, meraih penghargaan, atau bahkan mendapatkan pekerjaan impian. Hasil umumnya menjadi penanda kesuksesan seseorang secara profesional.
Sementara itu, proses mencakup segala hal yang kita lakukan untuk sampai ke titik pencapaian tersebut. Proses adalah tentang bagaimana kita mengerjakan tugas sehari-hari, cara kita berinteraksi dengan rekan kerja, bagaimana kita mengelola waktu dan emosi, serta bagaimana kita belajar dan bertumbuh dari tantangan yang muncul.
Sayangnya, dalam budaya kerja yang serba cepat dan penuh target, proses sering kali dianggap sebagai "tahapan yang harus dilalui"—bukan sesuatu yang pantas untuk dinikmati. Padahal, sebagian besar waktu kita dalam karir justru dihabiskan dalam proses itu sendiri, bukan di momen merayakan hasil.
Bayangkan dua orang yang sama-sama berhasil menyelesaikan proyek besar. Yang satu menjalaninya dengan tertekan, terus-menerus cemas, dan hanya fokus pada angka akhir. Sementara yang satu lagi menjalani setiap tahapnya dengan rasa ingin tahu, keterlibatan penuh, dan komunikasi yang sehat dengan tim. Meski hasil akhirnya sama, kepuasan yang dirasakan keduanya bisa sangat berbeda. Yang membedakan bukan hasilnya, tapi bagaimana mereka menjalani prosesnya.
Baca juga: Berhenti Ikut-Ikutan Rekan Kerja, Bangun Reputasi Profesionalmu
Menjadi seseorang yang fokus pada target bukanlah sesuatu yang salah. Namun, ketika obsesi terhadap hasil membuat kita mengabaikan nilai proses, maka disitulah letak masalahnya.
Berikut beberapa tanda yang mungkin menunjukkan bahwa kamu terlalu terfokus pada hasil dalam perjalanan karirmu:
Jika kamu mulai menyadari bahwa kamu terlalu fokus pada hasil, bukan berarti kamu harus berhenti mengejar target. Yang dibutuhkan adalah keseimbangan. Berikut beberapa cara sederhana yang bisa kamu coba untuk mulai menikmati proses dalam perjalanan karirmu:
Daripada hanya menetapkan tujuan jangka panjang seperti “promosi tahun ini” atau “naik jabatan dalam 2 tahun,” cobalah membuat tujuan kecil harian atau mingguan. Misalnya, “hari ini aku ingin menyelesaikan laporan dengan lebih rapi dari sebelumnya” atau “minggu ini aku mau belajar fitur baru di software kerja.”
Tujuan-tujuan kecil seperti ini membuat kamu lebih mudah merasakan pencapaian secara bertahap, sekaligus menumbuhkan kepuasan dari dalam.
Sering kali kita baru merasa puas saat target besar tercapai. Padahal, di balik pencapaian itu ada ratusan langkah kecil yang sudah kamu tempuh.
Cobalah mulai mencatat progresmu setiap minggu—apa saja yang sudah kamu pelajari, perbaikan apa yang sudah kamu buat, atau kesalahan apa yang berhasil kamu pahami. Rayakan progres ini, sekecil apa pun. Karena di situlah sebenarnya kamu sedang berkembang.
Setiap orang punya nilai yang penting bagi dirinya—misalnya kreativitas, kolaborasi, atau rasa ingin tahu. Jika kamu bisa menyelaraskan rutinitas kerja dengan nilai-nilai ini, proses bekerja akan terasa lebih menyenangkan.
Misalnya, kalau kamu menghargai kreativitas, cobalah mencari cara untuk membuat tugasmu lebih inovatif. Jika kamu menikmati kolaborasi, luangkan waktu untuk benar-benar membangun hubungan yang baik dengan rekan kerja. Hal-hal seperti ini mungkin tidak langsung berbuah hasil besar, tapi sangat berdampak pada kepuasan karir dalam jangka panjang.
Luangkan waktu seminggu sekali untuk mengevaluasi perjalananmu. Bukan untuk menilai apakah targetmu tercapai, tapi untuk melihat bagaimana kamu menjalaninya. Beberapa pertanyaan yang bisa kamu tanyakan pada diri sendiri:
Kebiasaan reflektif ini membantu kamu lebih sadar terhadap proses dan menjadikannya bagian penting dari perjalanan karir, bukan sekadar pengantar menuju hasil akhir.
Baca juga: 7 Strategi Upskilling Gen Z Agar Siap Hadapi Dunia Kerja
Kepuasan karir tidak semata-mata ditentukan oleh pencapaian besar, melainkan dibentuk dari cara kita menghargai dan menikmati setiap proses yang dijalani. Dengan berfokus pada pertumbuhan diri, makna harian, dan refleksi terhadap perjalanan, kamu bisa menemukan kepuasan yang lebih dalam dan berkelanjutan—bahkan sebelum hasil besar itu datang.
Temukan Lowongan Pekerjaan Di MSBU!