back to blog

Apa Itu DevOps Engineer dan Mengapa Perannya Semakin Dibutuhkan?

Read Time 9 mins | 12 Des 2025 | Written by: Nur Rachmi Latifa

2150010120

Dengan dunia teknologi yang terus bergerak cepat, perusahaan dituntut untuk menghadirkan inovasi secara berkelanjutan tanpa mengorbankan stabilitas sistem. Proses pengembangan aplikasi kini tak lagi bisa berjalan terpisah antara tim pengembang (development) dan tim operasional (operations). Di sinilah peran DevOps Engineer menjadi krusial — seorang profesional yang menjembatani kedua dunia tersebut dengan tujuan meningkatkan kolaborasi, mempercepat rilis produk, dan menjaga performa sistem tetap optimal. DevOps Engineer kini menjadi salah satu posisi yang paling dicari di industri teknologi, mulai dari startup hingga perusahaan besar yang sedang menjalani transformasi digital.

Apa Itu DevOps Engineer?

DevOps Engineer adalah profesional teknologi informasi yang berperan sebagai penghubung antara tim development dan operations. Mereka bertanggung jawab memastikan proses pengembangan, pengujian, dan penerapan perangkat lunak berjalan secara otomatis, cepat, dan konsisten. Istilah “DevOps” sendiri merupakan gabungan dari dua kata, Development dan Operations, yang mencerminkan pendekatan kerja kolaboratif untuk menyatukan kedua fungsi tersebut dalam satu alur yang terpadu.

Dalam praktiknya, DevOps Engineer berfokus pada otomatisasi seluruh siklus pengembangan perangkat lunak (Software Development Life Cycle atau SDLC). Mulai dari tahap build, testing, hingga deployment, mereka menggunakan berbagai alat otomatisasi seperti CI/CD (Continuous Integration dan Continuous Delivery) untuk mempercepat proses sekaligus mengurangi risiko kesalahan manusia. Dengan pendekatan ini, perusahaan dapat merilis pembaruan produk lebih sering tanpa mengorbankan kualitas atau stabilitas sistem.

Secara sederhana, DevOps Engineer berperan sebagai “penggerak efisiensi” dalam dunia teknologi modern. Mereka memastikan bahwa inovasi bisa diluncurkan dengan cepat, sistem tetap stabil, dan tim dapat beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan bisnis. Kombinasi antara keahlian teknis dan pemahaman proses inilah yang menjadikan DevOps Engineer salah satu peran paling penting dalam transformasi digital saat ini.

Baca juga: Tips untuk Meningkatkan Kemampuan Coding Anda

Mengapa Peran DevOps Engineer Semakin Dibutuhkan?

Dalam lima tahun terakhir, kebutuhan terhadap DevOps Engineer meningkat pesat di berbagai industri. Perusahaan kini tidak hanya berlomba menciptakan produk digital, tetapi juga harus memastikan bahwa proses pengembangannya berjalan cepat, efisien, dan aman. Di tengah percepatan transformasi digital, DevOps menjadi pendekatan yang memungkinkan organisasi menghadirkan inovasi tanpa kehilangan stabilitas sistem. Beberapa faktor utama yang mendorong meningkatnya kebutuhan akan peran ini antara lain:

  • Transformasi digital di berbagai sektor.
    Industri seperti keuangan, manufaktur, e-commerce, hingga kesehatan kini sangat bergantung pada aplikasi digital. Mereka membutuhkan proses pengembangan yang cepat, tangguh, dan terukur — yang hanya dapat dicapai melalui praktik DevOps.
  • Tuntutan time-to-market yang semakin singkat
    Dalam dunia bisnis modern, kecepatan menjadi faktor penentu keberhasilan. DevOps Engineer membantu perusahaan mempercepat siklus rilis produk tanpa mengorbankan kualitas atau keamanan sistem.
  • Kebutuhan akan sistem yang selalu tersedia (high availability)
    Gangguan sekecil apa pun bisa berujung pada kerugian besar. Melalui otomasi, monitoring real-time, dan respon cepat terhadap insiden, DevOps Engineer memastikan sistem tetap berjalan stabil dan dapat diandalkan.
  • Efisiensi dan kolaborasi lintas tim
    DevOps menghilangkan sekat antara tim pengembang dan operasional, menciptakan budaya kerja yang lebih terbuka dan kolaboratif. Hasilnya, tanggung jawab terhadap keberhasilan produk menjadi tanggung jawab bersama, bukan hanya satu departemen.

Dengan kata lain, peran DevOps Engineer kini bukan sekadar posisi teknis, melainkan fungsi strategis yang memampukan perusahaan berinovasi dengan cepat sekaligus menjaga efisiensi operasional. Di era kompetisi digital yang semakin ketat, kehadiran DevOps Engineer menjadi kunci untuk menjaga keseimbangan antara kecepatan inovasi dan ketahanan sistem.

Tugas Utama Seorang DevOps Engineer

Seorang DevOps Engineer memiliki tanggung jawab luas yang mencakup pengembangan, otomasi, pengelolaan infrastruktur, dan kolaborasi lintas tim. Mereka berperan penting dalam memastikan seluruh proses pengembangan perangkat lunak berjalan efisien, cepat, dan andal. Berikut adalah beberapa tugas utama yang dijalankan oleh DevOps Engineer:

  • Mengotomatiskan Proses Pengembangan
    DevOps Engineer merancang sistem untuk mengotomatiskan tugas berulang seperti testing, build, dan deployment. Tujuannya adalah mempercepat alur kerja sekaligus mengurangi risiko kesalahan manusia. Tools seperti Jenkins, GitLab CI/CD, dan GitHub Actions sering digunakan agar proses rilis menjadi lebih cepat dan konsisten.
  • Memfasilitasi Kolaborasi Antar Tim
    DevOps Engineer bertindak sebagai penghubung antara tim pengembang dan operasional, memastikan komunikasi dan tujuan keduanya selaras. Mereka membantu membangun budaya kerja yang terbuka, kolaboratif, dan fokus pada perbaikan berkelanjutan agar seluruh tim dapat bekerja secara sinergis.
  • Membangun dan Memelihara Infrastruktur
    Dalam hal infrastruktur, DevOps Engineer menggunakan pendekatan Infrastructure as Code (IaC) untuk merancang dan mengelola server secara otomatis. Dengan alat seperti Terraform, Ansible, atau Kubernetes, mereka memastikan sistem dapat diatur, diperbarui, dan ditingkatkan kapasitasnya tanpa gangguan.
  • Memantau Kinerja Sistem
    DevOps Engineer juga bertanggung jawab menjaga kestabilan sistem melalui pemantauan performa aplikasi dan infrastruktur. Dengan menggunakan alat seperti Prometheus, Grafana, atau Datadog, mereka dapat mendeteksi masalah lebih awal dan memastikan layanan tetap berjalan optimal.
  • Mengimplementasikan CI/CD Pipeline
    Salah satu inti pekerjaan DevOps adalah membangun pipeline Continuous Integration dan Continuous Delivery (CI/CD) untuk mengotomatisasi pengujian dan rilis kode. Pendekatan ini memungkinkan pembaruan aplikasi dilakukan lebih sering, lebih cepat, dan lebih aman.

Peran DevOps Engineer bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang efisiensi dan kolaborasi. Dengan menggabungkan keahlian teknis dan pemahaman terhadap proses bisnis, mereka membantu organisasi menghadirkan inovasi yang lebih cepat dan sistem yang lebih stabil — menjadikan DevOps salah satu elemen kunci dalam kesuksesan digital modern.

Keterampilan yang Harus Dimiliki DevOps Engineer

Untuk menjadi seorang DevOps Engineer, dibutuhkan perpaduan antara kemampuan teknis yang kuat dan soft skill yang matang. Profesi ini menuntut pemahaman mendalam tentang sistem, jaringan, dan keamanan, sekaligus kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan yang cepat di dunia teknologi. Seorang DevOps Engineer perlu menguasai bahasa pemrograman seperti Python, Go, atau Bash, serta memahami prinsip pengujian perangkat lunak, manajemen versi, dan integrasi sistem. Selain itu, mereka juga harus akrab dengan berbagai alat pendukung seperti Git, Jenkins, Docker, Kubernetes, hingga layanan cloud seperti AWS, Azure, dan GCP. Penguasaan terhadap beragam teknologi ini membantu DevOps Engineer membangun proses kerja yang efisien dan otomatis di lingkungan yang kompleks.

Namun, kemampuan teknis saja tidak cukup. Seorang DevOps Engineer juga harus memiliki soft skill yang kuat — mulai dari komunikasi lintas fungsi, kemampuan analisis dan pemecahan masalah, hingga kepemimpinan dalam berkoordinasi dengan berbagai tim. Dunia DevOps berpusat pada kolaborasi dan budaya kerja yang terbuka, sehingga kemampuan untuk bekerja sama dan memahami sudut pandang orang lain menjadi sama pentingnya dengan keterampilan teknis itu sendiri. Pada akhirnya, keberhasilan seorang DevOps Engineer ditentukan oleh keseimbangan antara keahlian teknologi dan kemampuan manusiawi dalam membangun kerja sama yang produktif.

Perbedaan DevOps Engineer dan Software Engineer

Meskipun sama-sama bekerja di dunia pengembangan perangkat lunak, DevOps Engineer dan Software Engineer memiliki fokus dan tanggung jawab yang berbeda. Seorang Software Engineer bertugas merancang, menulis, dan mengembangkan kode agar aplikasi memiliki fitur dan fungsi yang sesuai kebutuhan pengguna. Sementara itu, DevOps Engineer berperan memastikan aplikasi tersebut bisa dijalankan secara efisien dan stabil di berbagai lingkungan, dengan mengelola proses otomatisasi, integrasi, serta infrastruktur pendukungnya. Dengan kata lain, Software Engineer berfokus pada “membangun produk,” sedangkan DevOps Engineer berfokus pada “membangun sistem dan proses di balik produk.”

Kedua peran ini sama-sama penting dan saling melengkapi. Tanpa Software Engineer, tidak akan ada produk untuk dijalankan; namun tanpa DevOps Engineer, produk tersebut mungkin tidak bisa dirilis dengan cepat atau beroperasi secara andal. Software Engineer lebih banyak berurusan dengan kode, framework, dan pengujian, sedangkan DevOps Engineer bekerja dengan pipeline CI/CD, otomasi deployment, serta pengelolaan server dan cloud. Kolaborasi keduanya menjadi kunci agar inovasi teknologi bisa terus berjalan dengan efisien dan berkelanjutan.

Peluang Karier dan Gaji DevOps Engineer

Permintaan akan DevOps Engineer terus meningkat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Menurut berbagai laporan industri teknologi informasi, posisi ini kini termasuk dalam daftar 10 pekerjaan dengan pertumbuhan tercepat di sektor digital. Hal ini tidak mengherankan, mengingat semakin banyak perusahaan yang bergantung pada sistem otomatisasi dan infrastruktur cloud untuk menjaga efisiensi operasional. 

DevOps Engineer menjadi tulang punggung dalam memastikan inovasi berjalan lancar tanpa mengorbankan stabilitas. Perusahaan mencari talenta yang tidak hanya mahir secara teknis, tetapi juga mampu berpikir strategis untuk menyatukan proses pengembangan dan operasional dalam satu ekosistem yang gesit dan terukur. Beberapa sektor industri yang paling membutuhkan peran DevOps Engineer antara lain:

  • Startup teknologi: untuk mempercepat siklus pengembangan produk dan mempercepat peluncuran fitur baru.
  • E-commerce & fintech: untuk menjaga keandalan layanan 24/7 dan memastikan pengalaman pengguna tetap stabil meskipun trafik meningkat tajam.
  • Perusahaan enterprise: untuk mengoptimalkan infrastruktur cloud, meningkatkan keamanan sistem, serta mendukung skalabilitas bisnis yang berkelanjutan.

Dari sisi kompensasi, posisi DevOps Engineer di Indonesia dikenal memiliki rentang gaji yang sangat kompetitif, dan biasanya bergantung pada tingkat pengalaman serta kompleksitas proyek yang ditangani. Untuk mendapatkan gambaran lengkap dan terperinci mengenai kisaran gaji DevOps Engineer dari level junior hingga senior, kamu bisa mengunduh Panduan Gaji Tech Indonesia yang telah disusun oleh MSBU. Panduan ini akan membantumu memahami struktur kompensasi secara lebih akurat dan up-to-date.

Selain gaji pokok, banyak perusahaan juga memberikan tunjangan tambahan berupa pelatihan sertifikasi profesional seperti AWS Certified DevOps Engineer atau Docker Certified Associate, serta menawarkan fleksibilitas kerja jarak jauh — menjadikan profesi ini salah satu jalur karier paling menarik dan adaptif di era digital.

Bagaimana Cara Menjadi DevOps Engineer?

Meniti karier sebagai DevOps Engineer memerlukan perpaduan antara keterampilan teknis, pengalaman praktis, dan kemampuan bekerja lintas tim. Profesi ini tidak hanya menuntut keahlian dalam menulis kode atau mengelola server, tetapi juga pemahaman mendalam tentang alur kerja, komunikasi yang baik, dan pola pikir kolaboratif. Untuk Anda yang ingin memulai perjalanan menjadi seorang DevOps Engineer, berikut beberapa langkah yang bisa dijadikan panduan:

Pelajari Dasar Pemrograman dan Sistem Operasi

Langkah pertama untuk memahami dunia DevOps adalah menguasai fondasi teknis. Seorang DevOps Engineer harus memiliki kemampuan dasar dalam bahasa pemrograman seperti Python, Go, atau Bash, serta memahami sistem operasi — khususnya Linux. Pemahaman tentang cara kerja sistem file, manajemen proses, dan penggunaan command line akan menjadi bekal utama saat berhadapan dengan server, jaringan, dan infrastruktur yang kompleks. Dengan dasar ini, Anda akan lebih siap memahami konsep automasi dan orkestrasi yang menjadi inti pekerjaan DevOps.

Kuasai Alat dan Konsep DevOps

Setelah memiliki dasar teknis, Anda perlu mempelajari ekosistem DevOps yang kaya akan alat dan metodologi. Pahami konsep penting seperti Continuous Integration (CI) dan Continuous Delivery (CD) yang menjadi fondasi pengembangan modern. Pelajari pula alat-alat seperti Git untuk kontrol versi, Jenkins untuk otomatisasi, Docker untuk kontainerisasi, serta Kubernetes untuk orkestrasi. Menguasai alat-alat ini akan membantu Anda memahami bagaimana kode dikembangkan, diuji, dan diterapkan ke lingkungan produksi secara otomatis dan efisien.

Bangun Proyek Pribadi untuk Latihan Nyata

Pengetahuan teoretis akan lebih bermakna jika diterapkan dalam praktik langsung. Mulailah dengan proyek kecil, misalnya membuat pipeline CI/CD sederhana di GitHub Actions atau Jenkins, lalu kembangkan ke proyek yang lebih kompleks seperti menerapkan aplikasi kontainer di AWS atau Google Cloud. Melalui proyek pribadi, Anda akan memahami alur kerja DevOps secara menyeluruh — dari pengembangan, pengujian otomatis, hingga deployment dan monitoring. Pengalaman praktis ini juga bisa menjadi portofolio berharga saat melamar pekerjaan di bidang DevOps.

Ambil Sertifikasi Profesional untuk Memperkuat Kredibilitas

Sertifikasi bukan sekadar bukti kemampuan, tetapi juga menunjukkan komitmen Anda untuk berkembang di bidang ini. Beberapa sertifikasi populer seperti AWS Certified DevOps Engineer, Docker Certified Associate, dan Google Cloud Professional DevOps Engineer dapat membantu memperdalam keahlian teknis sekaligus meningkatkan daya saing di pasar kerja. Selain itu, proses belajar untuk mendapatkan sertifikasi juga membantu Anda memahami praktik terbaik industri yang sering diterapkan di perusahaan global.

Tingkatkan Kemampuan Komunikasi dan Teamwork

DevOps bukan hanya soal teknologi — ia juga tentang budaya kerja dan kolaborasi. Dalam keseharian, seorang DevOps Engineer berinteraksi dengan berbagai tim: pengembang, QA, keamanan, dan manajemen proyek. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan jelas, mendengarkan kebutuhan tim lain, dan menjembatani perbedaan prioritas akan sangat menentukan keberhasilan implementasi DevOps. Sikap terbuka dan kolaboratif inilah yang membedakan DevOps Engineer hebat dari sekadar teknisi yang mahir secara teknis.

Dengan kombinasi keterampilan teknis yang kuat, pemahaman konsep otomasi dan kolaborasi lintas tim, serta kemauan untuk terus belajar, Anda bisa menjadi bagian dari generasi profesional yang mendorong efisiensi dan inovasi di dunia digital.

Baca juga: Bagaimana Memulai Networking Meski Merasa Tidak Punya Koneksi

Kesimpulan

Peran DevOps Engineer kini menjadi salah satu kunci sukses dalam dunia teknologi modern. Mereka bukan hanya ahli teknis, tetapi juga agen perubahan yang membantu organisasi beradaptasi dengan kebutuhan digital yang semakin kompleks. Dengan kemampuan mengotomatiskan proses, membangun sistem yang stabil, dan memperkuat kolaborasi, DevOps Engineer membantu bisnis melangkah lebih cepat tanpa kehilangan kendali. Jika Anda ingin membangun karier yang berdampak besar dan selalu relevan, menjadi DevOps Engineer bisa menjadi langkah strategis berikutnya. Pelajari teknologi, asah kolaborasi, dan mulailah berkontribusi dalam menghadirkan inovasi yang lebih tangguh.

Temukan Lowongan Pekerjaan Di MSBU Konsultan!

 
Nur Rachmi Latifa

Penulis yang berfokus memproduksi konten seputar Cybersecurity, Privacy, IT dan Human Cyber Risk Management.

Floating WhatsApp Button - Final Code (Text Box Smaller All)
WhatsApp Icon Buna