back to blog

5 Pilar Utama High Availability yang Harus Dimiliki IT Team

Read Time 4 mins | 05 Mei 2025 | Written by: Hastin Lia

high availability

Hampir semua operasional perusahaan saat ini sangat bergantung pada ketersediaan sistem dan aplikasi digital. Oleh karena itu, penting bagi setiap organisasi untuk memastikan bahwa sistem mereka selalu tersedia dan dapat diakses kapan saja tanpa gangguan. Inilah yang disebut sebagai High Availability (HA).

High Availability mengacu pada kemampuan sistem atau layanan untuk beroperasi tanpa henti dalam jangka waktu yang panjang, bahkan saat terjadi gangguan atau kegagalan sebagian. Sistem yang memiliki HA dapat meminimalkan downtime dan memastikan bahwa pengguna atau pelanggan selalu bisa mengakses layanan mereka tanpa gangguan yang berarti. Dalam konteks ini, peran tim IT sangat penting untuk merancang dan memelihara infrastruktur yang mampu menjaga ketersediaan tinggi ini.

Dalam artikel ini, kita akan membahas lima komponen utama yang harus dimiliki oleh tim IT untuk memastikan sistem perusahaan memiliki High Availability yang optimal.

Baca juga: Tips Memilih Domain Profesional untuk Website Bisnis Kamu

Definisi High Availability

High Availability (HA) adalah desain sistem yang dirancang untuk memastikan layanan atau aplikasi tetap tersedia meskipun terjadi gangguan atau masalah teknis pada bagian-bagian tertentu dari infrastruktur tersebut. Tujuan utamanya adalah mengurangi downtime (waktu tidak aktif) dan menjaga sistem agar selalu responsif terhadap pengguna.

Sebagai contoh, dalam sistem perbankan, ketersediaan sistem sangatlah kritikal. Jika aplikasi perbankan online atau sistem transaksi tidak dapat diakses selama beberapa jam, kerugian finansial yang dialami bisa sangat besar, dan reputasi bank tersebut pun bisa terganggu. Oleh karena itu, High Availability adalah aspek yang sangat penting, baik untuk perusahaan besar maupun kecil yang beroperasi di ruang digital.

5 Komponen Utama High Availability yang Harus Dimiliki IT Team

Untuk memastikan High Availability yang maksimal, tim IT harus memiliki dan memahami lima komponen utama berikut:

1. Redundancy (Redundansi)

Salah satu prinsip dasar dari High Availability adalah redundancy atau redundansi. Redundansi berarti memiliki salinan atau cadangan dari komponen-komponen kritikal dalam infrastruktur sistem untuk menghindari terjadinya single point of failure (SPOF). SPOF adalah titik di mana kegagalan pada satu komponen bisa menyebabkan seluruh sistem mengalami downtime.
Untuk menghindari hal ini, tim IT perlu memastikan bahwa setiap komponen penting dalam sistem, seperti server, jaringan, dan power supply, memiliki salinan atau cadangan. Misalnya:

  • Server Redundancy: Jika satu server mengalami gangguan, server cadangan bisa langsung mengambil alih untuk memastikan aplikasi tetap berjalan tanpa gangguan.
  • Power Redundancy: Sumber daya listrik yang dapat diandalkan sangat penting, oleh karena itu, perusahaan harus menggunakan UPS (Uninterruptible Power Supply) dan generator cadangan untuk menghindari downtime akibat pemadaman listrik.
  • Network Redundancy: Koneksi internet atau jaringan yang terputus dapat menghentikan operasional perusahaan. Untuk itu, penting untuk memiliki jalur internet cadangan yang otomatis aktif jika jalur utama gagal.

Redundansi memastikan bahwa meskipun ada kegagalan pada komponen tertentu, sistem tetap dapat berjalan dengan normal.

2. Failover Mechanism (Mekanisme Failover)

Failover adalah mekanisme di mana sistem secara otomatis beralih ke komponen atau sistem cadangan ketika terjadi kegagalan pada sistem utama. Mekanisme ini memungkinkan aplikasi dan layanan tetap berjalan tanpa gangguan.

Ada dua jenis failover yang biasa digunakan dalam sistem High Availability:

  • Failover Otomatis: Dalam jenis ini, ketika terjadi masalah atau kegagalan pada salah satu sistem, sistem akan otomatis berpindah ke sistem cadangan tanpa intervensi manusia. Misalnya, jika server utama mengalami gangguan, aplikasi akan secara otomatis beralih ke server cadangan.
  • Failover Manual: Pada jenis ini, kegagalan yang terjadi akan diberitahukan kepada tim IT, dan mereka harus melakukan perpindahan secara manual ke sistem cadangan.

Mekanisme failover ini sangat penting karena mengurangi waktu respons terhadap gangguan dan memastikan kelangsungan operasional perusahaan tanpa perlu menunggu intervensi atau perbaikan pada sistem utama.

3. Load Balancing (Penyeimbangan Beban)

Load balancing adalah teknik yang digunakan untuk mendistribusikan beban trafik secara merata di beberapa server atau sumber daya. Teknik ini berfungsi untuk memastikan bahwa tidak ada satu server pun yang menerima beban yang terlalu berat, yang dapat menyebabkan penurunan performa atau bahkan downtime.
Penyeimbangan beban sangat penting dalam konteks High Availability karena:

  • Meningkatkan Kinerja Sistem: Dengan mendistribusikan beban secara merata, aplikasi bisa melayani lebih banyak permintaan dengan lebih cepat.
  • Menjamin Ketersediaan: Jika salah satu server mengalami masalah, load balancer bisa mendeteksi kegagalan tersebut dan mengalihkan trafik ke server lain yang masih berfungsi.

Load balancing dapat diterapkan pada berbagai level, mulai dari level aplikasi (misalnya, menggunakan load balancer untuk mendistribusikan permintaan ke beberapa server aplikasi) hingga level jaringan (misalnya, menggunakan beberapa jalur internet untuk menghindari gangguan pada satu jalur).

4. Monitoring dan Alerting System (Sistem Pemantauan dan Peringatan)

Untuk menjaga High Availability, tim IT perlu memiliki sistem pemantauan dan peringatan yang efektif. Monitoring adalah proses untuk memantau performa sistem secara real-time, termasuk penggunaan sumber daya seperti CPU, memori, disk, dan jaringan. Dengan pemantauan yang cermat, tim IT bisa mendeteksi adanya masalah sejak dini dan mengambil tindakan untuk menghindari downtime.

Sistem alerting atau peringatan akan memberi tahu tim IT jika ada parameter yang melampaui batas aman, misalnya penggunaan CPU yang terlalu tinggi atau server yang tidak responsif. Dengan sistem ini, tim IT dapat segera merespon masalah sebelum menjadi lebih besar.

Sebagai contoh, sebuah aplikasi bisa mengalami penurunan kinerja jika ada lonjakan trafik yang tidak terkendali. Dengan monitoring dan alerting yang baik, tim IT bisa segera menambah kapasitas server atau mengaktifkan sistem failover untuk mengatasi masalah ini.

5. Disaster Recovery Plan (Rencana Pemulihan Bencana)

Disaster Recovery Plan (DRP) adalah rencana yang harus dimiliki oleh setiap tim IT untuk memastikan pemulihan cepat setelah terjadi bencana atau kegagalan besar. DRP mencakup berbagai prosedur dan langkah-langkah yang harus diambil untuk memulihkan sistem dan data setelah terjadinya kerusakan.
Komponen penting dalam DRP meliputi:

  • Backup Data: Rencana untuk melakukan backup data secara rutin dan memastikan bahwa data penting dapat dipulihkan dengan cepat.
  • Recovery Site: Lokasi cadangan di luar situs utama yang bisa digunakan untuk memulihkan sistem jika terjadi kegagalan besar.
  • Prosedur Pemulihan: Prosedur yang jelas tentang langkah-langkah yang harus diambil dalam situasi darurat, termasuk pemulihan data dan pemulihan sistem.

DRP memastikan bahwa meskipun terjadi kegagalan besar, perusahaan dapat kembali beroperasi dengan cepat tanpa kehilangan data atau terlalu banyak waktu.

Mengapa Komponen Ini Tidak Boleh Diabaikan

Kehilangan akses terhadap sistem atau aplikasi untuk periode waktu yang lama dapat memiliki dampak yang sangat besar bagi perusahaan. Selain kerugian finansial yang langsung terjadi, downtime juga dapat merusak reputasi perusahaan dan menyebabkan kehilangan kepercayaan pelanggan.

Sebagai contoh, sebuah perusahaan e-commerce yang mengalami downtime selama beberapa jam selama periode penjualan besar bisa kehilangan banyak potensi pendapatan. Bahkan setelah sistem kembali online, dampaknya terhadap pengalaman pelanggan bisa bertahan lama. Oleh karena itu, memastikan High Availability dengan menerapkan kelima komponen di atas sangat penting untuk kelangsungan bisnis.

Baca juga: RESTful API: Dasar yang Wajib Dikuasai Back-End Developer

Kesimpulan

High Availability bukan lagi opsi, tapi kebutuhan penting agar operasional perusahaan tetap stabil. Dengan lima komponen utama—redundansi, failover, load balancing, monitoring, dan disaster recovery—tim IT bisa menjaga sistem tetap berjalan meski ada gangguan. Evaluasi dan penerapan komponen ini, ditambah dukungan partner IT seperti MSBU, akan makin mengoptimalkan kesiapan perusahaan menghadapi tantangan digital.

Temukan Lowongan Pekerjaan Di MSBU!

Hastin Lia

Passionate di dunia IT, sering berbagi tentang teknologi, keamanan data, dan solusi digital.