Blog MSBU | Tips & Insight Dunia IT Recruitment

Cyberloafing: Dampaknya terhadap Produktivitas Karyawan

Written by Hastin Lia | 14 Agu 2025

Cyberloafing adalah fenomena ketika karyawan menggunakan internet untuk keperluan pribadi saat jam kerja, seperti membuka media sosial, belanja online, atau bahkan menonton video yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Di era digital seperti sekarang, di mana akses internet begitu mudah dan pekerjaan banyak dilakukan secara hybrid atau remote, perilaku ini menjadi semakin umum. Ada yang melakukannya sebagai jeda dari pekerjaan yang penuh tekanan, ada pula yang menjadikannya kebiasaan harian. Artikel ini akan membahas mengapa cyberloafing terjadi, apa dampaknya terhadap produktivitas, dan bagaimana perusahaan bisa mengelolanya agar tidak merugikan, bahkan mungkin menjadi sesuatu yang bermanfaat.

Mengapa Cyberloafing Terjadi?

Cyberloafing bukan sekadar “malas kerja” atau “curang” terhadap jam kantor, tetapi sering kali menjadi cerminan kondisi psikologis dan lingkungan kerja karyawan. Ada beberapa faktor yang memicunya:

1. Faktor Psikologis

Stres kerja, tekanan deadline, atau pekerjaan yang monoton sering membuat karyawan mencari “pelarian” sejenak melalui aktivitas online yang menyenangkan. Misalnya, seseorang yang menghadapi pekerjaan administratif berulang bisa terdorong untuk membuka media sosial hanya untuk melihat kabar teman atau menonton video lucu sebagai bentuk relaksasi singkat. Selain itu, burnout yang tidak tertangani juga dapat memicu kebiasaan ini sebagai cara untuk menghindari pekerjaan yang terasa berat.

2. Faktor Organisasi

Tidak semua kantor memiliki kebijakan jelas tentang penggunaan internet untuk keperluan pribadi. Ketika tidak ada aturan yang tegas, karyawan cenderung merasa tidak bersalah saat membuka e-commerce atau menonton highlight pertandingan bola saat jam kerja. Selain itu, budaya kerja yang terlalu longgar atau kurang pengawasan bisa memperkuat kebiasaan cyberloafing.

3. Faktor Teknologi

Akses internet yang semakin cepat dan perangkat yang selalu terkoneksi (laptop, smartphone, tablet) mempermudah siapa pun untuk melakukan cyberloafing. Hanya dalam beberapa detik, karyawan bisa beralih dari spreadsheet kerja ke platform belanja online atau media sosial, tanpa harus meninggalkan meja mereka.

Baca juga: Toxic Positivity vs Positive Mindset: Mana yang Sehat untuk Karyawan?

Jenis-Jenis Cyberloafing

Cyberloafing memiliki banyak bentuk. Beberapa yang paling umum di antaranya:

  • Browsing Media Sosial: Membuka Instagram, TikTok, atau Facebook untuk melihat update terbaru.
  • Belanja Online: Mengunjungi marketplace seperti Shopee, Tokopedia, atau Amazon untuk mencari barang incaran.
  • Streaming Video atau Musik: Menonton YouTube, Netflix, atau mendengarkan musik streaming tanpa kaitan dengan pekerjaan.
  • Mengirim/Menerima Email Pribadi: Mengecek email personal atau mengurus urusan pribadi via email kantor.
  • Gaming Online: Bermain game berbasis web atau aplikasi mobile saat jam kerja.

Walaupun terlihat sepele, kebiasaan ini bisa memakan waktu cukup banyak jika tidak dikontrol dengan baik.

Dampak Cyberloafing terhadap Produktivitas

Dampak Negatif

  1. Menurunkan Fokus dan Konsentrasi
    Setiap kali seseorang beralih dari pekerjaan ke aktivitas lain, otak memerlukan waktu untuk kembali fokus. Aktivitas seperti scrolling media sosial dapat membuat karyawan kehilangan momentum kerja, sehingga target harian pun bisa tertunda.
  2. Mengurangi Waktu Pekerjaan Inti
    Waktu yang seharusnya digunakan untuk menyelesaikan tugas justru tersita untuk hal-hal yang tidak terkait pekerjaan. Jika dibiarkan, produktivitas individu dan tim secara keseluruhan bisa menurun.
  3. Menurunkan Kinerja Tim
    Dalam pekerjaan tim, keterlambatan satu orang dapat memengaruhi keseluruhan proses. Misalnya, jika satu anggota terlambat menyelesaikan laporan karena terlalu lama browsing online, anggota tim lain juga ikut terhambat.
  4. Risiko Keamanan Siber
    Akses ke situs yang tidak aman dapat menjadi pintu masuk malware atau kebocoran data. Dalam beberapa kasus, cyberloafing bisa berujung pada ancaman serius bagi keamanan perusahaan.

Dampak Positif (Jika Terkelola dengan Baik)

Menariknya, beberapa penelitian menunjukkan bahwa jeda singkat seperti membuka media sosial atau membaca berita online dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kreativitas. Cyberloafing bisa menjadi “micro-break” yang memberikan penyegaran mental sebelum kembali fokus bekerja. Selama dilakukan dengan batasan yang jelas, kebiasaan ini bahkan bisa mendukung keseimbangan mental karyawan.

Faktor yang Memperburuk Dampak Cyberloafing

  1. Beban Kerja Berlebihan atau Monoton
    Tugas yang terlalu banyak atau terlalu membosankan dapat memicu karyawan mencari distraksi untuk mengurangi kejenuhan.
  2. Ketidakjelasan Target dan Kinerja
    Ketika karyawan tidak memiliki target yang jelas atau tidak diukur berdasarkan hasil kerja (output), mereka lebih rentan melakukan cyberloafing.
  3. Kurangnya Engagement dan Kepuasan Kerja
    Karyawan yang merasa tidak terhubung dengan pekerjaannya cenderung mencari hiburan eksternal selama jam kerja.
  4. Kurangnya Literasi Digital
    Tidak semua karyawan paham tentang risiko keamanan ketika membuka situs sembarangan. Akibatnya, mereka bisa tanpa sadar membuka celah ancaman siber yang berpotensi merugikan perusahaan.

Strategi Mengelola Cyberloafing di Perusahaan

1. Menyusun Kebijakan Penggunaan Internet yang Jelas

Kebijakan ini tidak harus kaku, tetapi harus jelas: kapan boleh dan tidak boleh menggunakan internet untuk urusan pribadi. Contohnya, perusahaan dapat mengizinkan karyawan menggunakan internet pribadi pada jam istirahat atau dalam durasi tertentu selama hari kerja.

2. Pelatihan Manajemen Waktu dan Literasi Digital

Membekali karyawan dengan keterampilan manajemen waktu dapat membantu mereka menghindari kebiasaan cyberloafing berlebihan. Sementara itu, pelatihan literasi digital dapat meningkatkan kesadaran tentang risiko keamanan dan dampak negatif cyberloafing.

3. Budaya Kerja Berbasis Hasil (Output-Based)

Alih-alih hanya fokus pada waktu kerja, perusahaan dapat menerapkan sistem yang lebih berorientasi pada hasil. Selama target pekerjaan tercapai, sedikit jeda online tidak akan menjadi masalah besar. Hal ini juga memberikan karyawan rasa percaya dan tanggung jawab terhadap pekerjaannya.

4. Menyediakan Ruang Istirahat Digital

Alih-alih melarang total, perusahaan dapat menyediakan waktu istirahat singkat yang memang diperuntukkan untuk browsing atau hiburan ringan. Dengan begitu, karyawan bisa melepaskan stres sejenak tanpa merasa bersalah atau sembunyi-sembunyi.

5. Memanfaatkan Teknologi Pemantauan dengan Etis

Beberapa perusahaan menggunakan software untuk memantau penggunaan internet karyawan. Namun, pendekatan ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan kesan “big brother” yang bisa menurunkan kepercayaan karyawan. Transparansi dalam penerapan teknologi ini adalah kuncinya.

Baca juga: Dampak Trust Issue terhadap Budaya Perusahaan dan Kinerja Tim

Kesimpulan

Cyberloafing adalah fenomena yang tidak bisa dihindari di era digital, tetapi tidak selalu harus dipandang negatif. Dampaknya terhadap produktivitas sangat bergantung pada konteks dan cara perusahaan mengelolanya. Dengan kebijakan penggunaan internet yang jelas, pelatihan manajemen waktu, penerapan budaya kerja berbasis hasil, serta pemanfaatan teknologi yang etis, cyberloafing bisa ditekan dampak negatifnya dan bahkan menjadi sarana positif untuk menjaga keseimbangan mental karyawan. Perusahaan yang mampu memahami dan mengatur fenomena ini dengan bijak akan memiliki tim yang lebih produktif, sehat secara mental, dan loyal terhadap organisasi.

Temukan Lowongan Pekerjaan Di MSBU Konsultan!