Di dunia kerja modern, masalah utama yang sering dibahas biasanya berkisar pada produktivitas, komunikasi, dan kepemimpinan. Namun, ada satu faktor psikologis yang kerap luput dari perhatian—yaitu Narcissistic Personality Disorder (NPD) atau gangguan kepribadian narsistik. Fenomena ini semakin sering ditemukan di organisasi yang kompetitif dan berorientasi hasil, di mana narsisme sering disalahartikan sebagai “ambisi” atau “kepemimpinan kuat”. Padahal, bila tidak disadari sejak awal, NPD di dunia kerja bisa menjadi bom waktu yang mengancam kesehatan mental dan efektivitas organisasi.
NPD (Narcissistic Personality Disorder) adalah gangguan kepribadian yang ditandai dengan perasaan superioritas berlebihan, kebutuhan konstan akan pujian, serta kurangnya empati terhadap orang lain. Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association (2013), seseorang dengan NPD cenderung menganggap dirinya lebih penting dari orang lain dan merasa berhak atas perlakuan istimewa. Mereka memiliki keinginan kuat untuk dikagumi, namun sangat sensitif terhadap kritik, bahkan dalam bentuk masukan yang konstruktif. Dalam konteks dunia kerja, individu dengan NPD sering kali menampilkan perilaku yang merusak keseimbangan dan dinamika tim, seperti:
Sebuah studi oleh Wisse & Sleebos (2016) dalam Journal of Applied Psychology menemukan bahwa narsisme berkorelasi negatif dengan team cohesion dan organizational trust. Artinya, semakin tinggi tingkat narsisme seseorang di tempat kerja, semakin rendah tingkat kepercayaan dan kolaborasi dalam tim. Penelitian tersebut juga menyoroti bahwa efek destruktif narsisme sering kali muncul secara perlahan—dimulai dari perilaku dominatif yang terlihat “berani” hingga akhirnya berubah menjadi kontrol yang melemahkan motivasi dan keterlibatan karyawan lainnya. Hal ini menunjukkan pentingnya kemampuan organisasi untuk mengenali tanda-tanda NPD sejak dini dan menanamkan budaya empatik serta kepemimpinan yang berbasis nilai, bukan ego.
Baca juga: Apa Manfaat Jaminan Pensiun bagi Karyawan dan Keluarga?
Perilaku narsistik bukan hanya gangguan interpersonal, tetapi juga ancaman sistemik bagi organisasi. Individu dengan NPD sering kali menciptakan konflik tersembunyi, menurunkan moral, dan membuat karyawan lain merasa tidak aman secara emosional. Dampaknya bisa terlihat dalam bentuk:
Penelitian oleh Nevicka et al. (2018) dalam Personality and Social Psychology Bulletin menunjukkan bahwa pemimpin narsistik cenderung mengabaikan umpan balik, tidak mendengarkan ide bawahan, dan membuat keputusan sepihak yang justru menghambat kinerja tim. Dampak ini tidak hanya merusak dinamika kerja, tetapi juga memperburuk iklim psikologis organisasi secara keseluruhan.
Mengenali tanda-tanda Narcissistic Personality Disorder (NPD) di tempat kerja sangat penting agar organisasi dapat mengambil langkah pencegahan lebih awal sebelum perilaku tersebut berkembang menjadi masalah yang lebih besar. Individu dengan NPD sering kali terlihat percaya diri, berwibawa, dan karismatik pada awalnya, namun di balik pesona tersebut terdapat pola perilaku yang dapat mengganggu stabilitas tim dan budaya organisasi. Berikut ciri umum yang sering muncul di dunia kerja:
Ciri-ciri ini sering kali tersamarkan oleh karisma, kecerdasan, atau prestasi individu tersebut, sehingga banyak organisasi terlambat menyadari dampaknya. Menurut penelitian oleh Wisse & Sleebos (2016) dalam Journal of Applied Psychology, individu dengan kecenderungan narsistik sering kali memanfaatkan keahlian sosial mereka untuk menciptakan citra positif di awal, namun lambat laun menunjukkan perilaku dominatif dan tidak kooperatif. Karena itu, penting bagi perusahaan untuk membangun sistem penilaian perilaku dan evaluasi kepemimpinan yang menilai tidak hanya kinerja, tetapi juga integritas dan empati sebagai bagian dari budaya kerja yang sehat.
Sebuah studi berpengaruh berjudul “Narcissism in Organizational Contexts” oleh W. Keith Campbell, Brian J. Hoffman, Stacy M. Campbell, dan Gaia Marchisio (2011) yang diterbitkan di Journal of Business Ethics menjelaskan bagaimana individu dengan Narcissistic Personality Disorder (NPD) dapat membentuk dinamika kerja yang berpusat pada ego dan pencitraan diri. Penelitian ini menemukan bahwa pemimpin dengan kecenderungan narsistik sering memprioritaskan pengakuan pribadi di atas kesejahteraan tim, mengabaikan kolaborasi, dan menciptakan lingkungan kerja yang penuh ketegangan emosional. Perilaku semacam ini tidak hanya menurunkan semangat kerja, tetapi juga mengikis rasa saling percaya dan menghambat komunikasi terbuka di dalam organisasi.
Dampak nyata dari kepemimpinan narsistik terlihat dalam beberapa organisasi yang dijadikan subjek penelitian lanjutan oleh para peneliti seperti Grijalva & Harms (2014) dalam jurnal Personnel Psychology. Mereka menemukan bahwa pemimpin narsistik memang dapat terlihat karismatik dan visioner di awal, namun cenderung gagal mempertahankan performa dan loyalitas tim dalam jangka panjang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa meskipun pemimpin dengan sifat narsistik dapat meningkatkan kinerja jangka pendek karena kepercayaan diri dan ambisi yang tinggi, hal ini biasanya diikuti dengan penurunan produktivitas, meningkatnya konflik, dan tingginya tingkat turnover karyawan setelah beberapa waktu.
Selain itu, riset oleh Nevicka, De Hoogh, Van Vianen, Beersma, & McIlwain (2018) dalam Personality and Social Psychology Bulletin juga menguatkan temuan tersebut, dengan menyimpulkan bahwa pemimpin narsistik memiliki kemampuan rendah dalam menerima umpan balik dan cenderung membuat keputusan otoriter tanpa mempertimbangkan input dari tim. Kondisi ini menyebabkan rasa frustasi, burnout, dan menurunnya motivasi di antara karyawan. Dari rangkaian temuan ini dapat disimpulkan bahwa NPD di lingkungan profesional bukan hanya masalah kepribadian individu, tetapi juga faktor risiko organisasi yang harus diantisipasi melalui kebijakan kepemimpinan dan budaya kerja yang lebih sehat dan empatik.
Efek NPD di tempat kerja tidak berhenti pada hubungan antarindividu — ia bisa merembet ke reputasi dan keberlanjutan organisasi. Beberapa dampak jangka panjang antara lain:
Menurut penelitian Grijalva & Harms (2014) dalam Personnel Psychology Journal, narsisme dalam kepemimpinan memiliki korelasi positif dengan initial charisma tetapi negatif dengan sustained leadership performance. Artinya, pemimpin narsistik bisa terlihat menginspirasi di awal, namun performanya akan menurun seiring waktu karena kehilangan kepercayaan tim.
Menghadapi individu dengan Narcissistic Personality Disorder (NPD) bukan hal yang mudah. Diperlukan keseimbangan antara profesionalisme dan batasan pribadi, karena konfrontasi langsung atau pendekatan emosional sering kali justru memperburuk situasi. Orang dengan NPD cenderung defensif, sulit menerima kritik, dan mahir memanipulasi percakapan agar terlihat unggul. Oleh karena itu, penting untuk tetap tenang, objektif, dan mengandalkan pendekatan berbasis bukti saat berinteraksi. Berikut langkah-langkah praktis yang bisa diterapkan:
Pendekatan ini tidak hanya membantu melindungi diri dari dampak psikologis negatif, tetapi juga mendorong terciptanya lingkungan kerja yang aman, profesional, dan berbasis empati. Dengan kesadaran kolektif dan dukungan organisasi yang kuat, perilaku narsistik dapat diminimalkan sebelum berkembang menjadi budaya kerja yang merusak.
Departemen HR memiliki tanggung jawab penting dalam mencegah individu dengan NPD menimbulkan kerusakan lebih besar di organisasi. Langkah-langkah pencegahan yang dapat diterapkan antara lain:
Seperti disebut dalam jurnal Frontiers in Psychology oleh Jonason & Webster (2020), organisasi dengan budaya terbuka dan sistem HR yang responsif memiliki risiko lebih rendah terhadap penyebaran perilaku narsistik di level kepemimpinan.
Baca juga: Deception dalam AI: Apa Dampaknya bagi Pengguna dan Industri?
NPD di dunia kerja bukan sekadar masalah kepribadian, tetapi ancaman nyata terhadap kesehatan mental, kolaborasi, dan efektivitas organisasi. Individu dengan gangguan ini sering kali tidak menyadari dampak destruktif dari perilaku mereka, sementara lingkungan di sekitarnya perlahan terkikis oleh stres dan ketidakpercayaan. Organisasi harus menyadari bahwa toleransi terhadap perilaku toksik demi “hasil jangka pendek” hanya akan menciptakan kerugian jangka panjang. Membangun budaya kerja yang sehat, empatik, dan transparan adalah langkah paling efektif untuk mencegah dampak NPD dan memastikan keberlanjutan organisasi yang sehat.
Temukan Lowongan Pekerjaan Di MSBU Konsultan!