Bahaya NPD yang Sering Terabaikan dalam Dunia Kerja
Read Time 7 mins | 17 Okt 2025 | Written by: Nur Rachmi Latifa
Di dunia kerja modern, masalah utama yang sering dibahas biasanya berkisar pada produktivitas, komunikasi, dan kepemimpinan. Namun, ada satu faktor psikologis yang kerap luput dari perhatian—yaitu Narcissistic Personality Disorder (NPD) atau gangguan kepribadian narsistik. Fenomena ini semakin sering ditemukan di organisasi yang kompetitif dan berorientasi hasil, di mana narsisme sering disalahartikan sebagai “ambisi” atau “kepemimpinan kuat”. Padahal, bila tidak disadari sejak awal, NPD di dunia kerja bisa menjadi bom waktu yang mengancam kesehatan mental dan efektivitas organisasi.
Apa Itu NPD (Narcissistic Personality Disorder)?
NPD (Narcissistic Personality Disorder) adalah gangguan kepribadian yang ditandai dengan perasaan superioritas berlebihan, kebutuhan konstan akan pujian, serta kurangnya empati terhadap orang lain. Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association (2013), seseorang dengan NPD cenderung menganggap dirinya lebih penting dari orang lain dan merasa berhak atas perlakuan istimewa. Mereka memiliki keinginan kuat untuk dikagumi, namun sangat sensitif terhadap kritik, bahkan dalam bentuk masukan yang konstruktif. Dalam konteks dunia kerja, individu dengan NPD sering kali menampilkan perilaku yang merusak keseimbangan dan dinamika tim, seperti:
- Mengambil kredit atas hasil kerja tim, meskipun kontribusinya tidak signifikan.
- Merendahkan kolega demi mempertahankan citra superior dan pengaruh pribadi.
- Menciptakan atmosfer kompetitif yang tidak sehat, di mana kolaborasi berubah menjadi persaingan.
- Menggunakan pesona dan manipulasi untuk mengendalikan situasi, terutama demi mendapatkan perhatian dari atasan atau klien penting.
Sebuah studi oleh Wisse & Sleebos (2016) dalam Journal of Applied Psychology menemukan bahwa narsisme berkorelasi negatif dengan team cohesion dan organizational trust. Artinya, semakin tinggi tingkat narsisme seseorang di tempat kerja, semakin rendah tingkat kepercayaan dan kolaborasi dalam tim. Penelitian tersebut juga menyoroti bahwa efek destruktif narsisme sering kali muncul secara perlahan—dimulai dari perilaku dominatif yang terlihat “berani” hingga akhirnya berubah menjadi kontrol yang melemahkan motivasi dan keterlibatan karyawan lainnya. Hal ini menunjukkan pentingnya kemampuan organisasi untuk mengenali tanda-tanda NPD sejak dini dan menanamkan budaya empatik serta kepemimpinan yang berbasis nilai, bukan ego.
Baca juga: Apa Manfaat Jaminan Pensiun bagi Karyawan dan Keluarga?
Mengapa NPD Berbahaya di Dunia Kerja
Perilaku narsistik bukan hanya gangguan interpersonal, tetapi juga ancaman sistemik bagi organisasi. Individu dengan NPD sering kali menciptakan konflik tersembunyi, menurunkan moral, dan membuat karyawan lain merasa tidak aman secara emosional. Dampaknya bisa terlihat dalam bentuk:
- Menurunnya moral dan semangat kerja tim, karena kolega merasa tidak dihargai.
- Meningkatnya tingkat turnover, akibat tekanan psikologis dari lingkungan kerja yang toksik.
- Terganggunya komunikasi dan kolaborasi, karena dominasi dan kontrol yang berlebihan.
- Meningkatnya stres dan burnout, terutama di bawah pimpinan narsistik (toxic leadership).
Penelitian oleh Nevicka et al. (2018) dalam Personality and Social Psychology Bulletin menunjukkan bahwa pemimpin narsistik cenderung mengabaikan umpan balik, tidak mendengarkan ide bawahan, dan membuat keputusan sepihak yang justru menghambat kinerja tim. Dampak ini tidak hanya merusak dinamika kerja, tetapi juga memperburuk iklim psikologis organisasi secara keseluruhan.
Ciri-Ciri Individu dengan NPD di Dunia Kerja
Mengenali tanda-tanda Narcissistic Personality Disorder (NPD) di tempat kerja sangat penting agar organisasi dapat mengambil langkah pencegahan lebih awal sebelum perilaku tersebut berkembang menjadi masalah yang lebih besar. Individu dengan NPD sering kali terlihat percaya diri, berwibawa, dan karismatik pada awalnya, namun di balik pesona tersebut terdapat pola perilaku yang dapat mengganggu stabilitas tim dan budaya organisasi. Berikut ciri umum yang sering muncul di dunia kerja:
- Selalu mencari validasi dan pujian, bahkan untuk tugas rutin yang sebenarnya merupakan bagian dari tanggung jawabnya.
- Sulit menerima kritik, dan cenderung menyalahkan orang lain saat gagal agar citra dirinya tetap terlihat sempurna.
- Manipulatif, menggunakan orang lain untuk mencapai tujuan pribadi atau mempertahankan posisi berpengaruh.
- Kurang empati, tidak peduli dengan kesulitan atau beban kerja rekan sejawat selama tujuannya tercapai.
- Mengambil kredit atas keberhasilan tim, tetapi enggan bertanggung jawab ketika terjadi kesalahan atau kegagalan.
- Menunjukkan superioritas ekstrem, terutama terhadap bawahan atau rekan kerja yang dianggap lebih lemah.
Ciri-ciri ini sering kali tersamarkan oleh karisma, kecerdasan, atau prestasi individu tersebut, sehingga banyak organisasi terlambat menyadari dampaknya. Menurut penelitian oleh Wisse & Sleebos (2016) dalam Journal of Applied Psychology, individu dengan kecenderungan narsistik sering kali memanfaatkan keahlian sosial mereka untuk menciptakan citra positif di awal, namun lambat laun menunjukkan perilaku dominatif dan tidak kooperatif. Karena itu, penting bagi perusahaan untuk membangun sistem penilaian perilaku dan evaluasi kepemimpinan yang menilai tidak hanya kinerja, tetapi juga integritas dan empati sebagai bagian dari budaya kerja yang sehat.
NPD dalam Lingkungan Profesional
Sebuah studi berpengaruh berjudul “Narcissism in Organizational Contexts” oleh W. Keith Campbell, Brian J. Hoffman, Stacy M. Campbell, dan Gaia Marchisio (2011) yang diterbitkan di Journal of Business Ethics menjelaskan bagaimana individu dengan Narcissistic Personality Disorder (NPD) dapat membentuk dinamika kerja yang berpusat pada ego dan pencitraan diri. Penelitian ini menemukan bahwa pemimpin dengan kecenderungan narsistik sering memprioritaskan pengakuan pribadi di atas kesejahteraan tim, mengabaikan kolaborasi, dan menciptakan lingkungan kerja yang penuh ketegangan emosional. Perilaku semacam ini tidak hanya menurunkan semangat kerja, tetapi juga mengikis rasa saling percaya dan menghambat komunikasi terbuka di dalam organisasi.
Dampak nyata dari kepemimpinan narsistik terlihat dalam beberapa organisasi yang dijadikan subjek penelitian lanjutan oleh para peneliti seperti Grijalva & Harms (2014) dalam jurnal Personnel Psychology. Mereka menemukan bahwa pemimpin narsistik memang dapat terlihat karismatik dan visioner di awal, namun cenderung gagal mempertahankan performa dan loyalitas tim dalam jangka panjang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa meskipun pemimpin dengan sifat narsistik dapat meningkatkan kinerja jangka pendek karena kepercayaan diri dan ambisi yang tinggi, hal ini biasanya diikuti dengan penurunan produktivitas, meningkatnya konflik, dan tingginya tingkat turnover karyawan setelah beberapa waktu.
Selain itu, riset oleh Nevicka, De Hoogh, Van Vianen, Beersma, & McIlwain (2018) dalam Personality and Social Psychology Bulletin juga menguatkan temuan tersebut, dengan menyimpulkan bahwa pemimpin narsistik memiliki kemampuan rendah dalam menerima umpan balik dan cenderung membuat keputusan otoriter tanpa mempertimbangkan input dari tim. Kondisi ini menyebabkan rasa frustasi, burnout, dan menurunnya motivasi di antara karyawan. Dari rangkaian temuan ini dapat disimpulkan bahwa NPD di lingkungan profesional bukan hanya masalah kepribadian individu, tetapi juga faktor risiko organisasi yang harus diantisipasi melalui kebijakan kepemimpinan dan budaya kerja yang lebih sehat dan empatik.
Dampak Jangka Panjang NPD terhadap Organisasi
Efek NPD di tempat kerja tidak berhenti pada hubungan antarindividu — ia bisa merembet ke reputasi dan keberlanjutan organisasi. Beberapa dampak jangka panjang antara lain:
- Turunnya kepercayaan publik dan reputasi perusahaan, terutama jika pemimpin narsistik membuat keputusan yang tidak etis.
- Tingginya biaya rekrutmen dan pelatihan ulang, akibat banyak karyawan keluar.
- Inovasi terhambat, karena ide dari bawahan sering diabaikan.
- Kinerja jangka panjang menurun, seiring menurunnya keterlibatan karyawan (employee engagement).
Menurut penelitian Grijalva & Harms (2014) dalam Personnel Psychology Journal, narsisme dalam kepemimpinan memiliki korelasi positif dengan initial charisma tetapi negatif dengan sustained leadership performance. Artinya, pemimpin narsistik bisa terlihat menginspirasi di awal, namun performanya akan menurun seiring waktu karena kehilangan kepercayaan tim.
Cara Menghadapi dan Mengelola Rekan Kerja atau Atasan dengan NPD
Menghadapi individu dengan Narcissistic Personality Disorder (NPD) bukan hal yang mudah. Diperlukan keseimbangan antara profesionalisme dan batasan pribadi, karena konfrontasi langsung atau pendekatan emosional sering kali justru memperburuk situasi. Orang dengan NPD cenderung defensif, sulit menerima kritik, dan mahir memanipulasi percakapan agar terlihat unggul. Oleh karena itu, penting untuk tetap tenang, objektif, dan mengandalkan pendekatan berbasis bukti saat berinteraksi. Berikut langkah-langkah praktis yang bisa diterapkan:
- Tetap objektif dan tidak terlibat emosional: Hindari berdebat atau terpancing provokasi. Fokus pada tujuan kerja dan fakta yang bisa diverifikasi.
- Gunakan komunikasi asertif: Sampaikan pesan dengan jelas, tegas, dan tanpa nada emosional. Fokus pada hasil kerja, bukan opini pribadi.
- Catat setiap interaksi penting: Dokumentasi dapat menjadi bukti bila terjadi manipulasi, gaslighting, atau konflik yang berulang.
- Mintalah dukungan HR atau manajer senior: Bila situasi sudah mempengaruhi kinerja atau kesejahteraan mental. Dukungan struktural penting agar masalah tidak dibiarkan berlarut-larut.
- Untuk HR: Lakukan pelatihan conflict management dan psychological safety training agar tim lebih siap menghadapi situasi toksik tanpa kehilangan semangat kerja.
Pendekatan ini tidak hanya membantu melindungi diri dari dampak psikologis negatif, tetapi juga mendorong terciptanya lingkungan kerja yang aman, profesional, dan berbasis empati. Dengan kesadaran kolektif dan dukungan organisasi yang kuat, perilaku narsistik dapat diminimalkan sebelum berkembang menjadi budaya kerja yang merusak.
Peran HR dan Manajemen dalam Mencegah Dampak NPD
Departemen HR memiliki tanggung jawab penting dalam mencegah individu dengan NPD menimbulkan kerusakan lebih besar di organisasi. Langkah-langkah pencegahan yang dapat diterapkan antara lain:
- Assessment psikologis saat rekrutmen atau promosi jabatan, untuk mendeteksi kecenderungan narsistik atau perilaku manipulatif.
- Membangun budaya empatik dan kolaboratif, di mana komunikasi terbuka dan apresiasi tim menjadi nilai inti.
- Pelatihan emotional intelligence bagi manajer, agar mampu mengenali tanda-tanda perilaku narsistik dan menanganinya dengan tepat.
- Sistem pelaporan internal yang aman, agar karyawan bisa melaporkan perilaku toksik tanpa takut balasan.
Seperti disebut dalam jurnal Frontiers in Psychology oleh Jonason & Webster (2020), organisasi dengan budaya terbuka dan sistem HR yang responsif memiliki risiko lebih rendah terhadap penyebaran perilaku narsistik di level kepemimpinan.
Baca juga: Deception dalam AI: Apa Dampaknya bagi Pengguna dan Industri?
Kesimpulan
NPD di dunia kerja bukan sekadar masalah kepribadian, tetapi ancaman nyata terhadap kesehatan mental, kolaborasi, dan efektivitas organisasi. Individu dengan gangguan ini sering kali tidak menyadari dampak destruktif dari perilaku mereka, sementara lingkungan di sekitarnya perlahan terkikis oleh stres dan ketidakpercayaan. Organisasi harus menyadari bahwa toleransi terhadap perilaku toksik demi “hasil jangka pendek” hanya akan menciptakan kerugian jangka panjang. Membangun budaya kerja yang sehat, empatik, dan transparan adalah langkah paling efektif untuk mencegah dampak NPD dan memastikan keberlanjutan organisasi yang sehat.
Temukan Lowongan Pekerjaan Di MSBU Konsultan!