Tanda-Tanda Attitude Buruk yang Bisa Menghancurkan Karier
Read Time 8 mins | 29 Nov 2025 | Written by: Nur Rachmi Latifa

Banyak orang fokus meningkatkan kemampuan teknis agar bisa sukses dalam pekerjaan. Namun, sering kali yang justru menentukan panjangnya umur karier seseorang bukanlah skill, melainkan attitude. Sikap profesional, cara berinteraksi dengan rekan kerja, hingga cara menghadapi kritik, semuanya membentuk citra diri Anda di tempat kerja. Sayangnya, attitude buruk sering kali muncul tanpa disadari. Sedikit demi sedikit, kebiasaan kecil ini bisa menghancurkan karier bahkan bagi orang yang sebenarnya sangat kompeten. Artikel ini akan membantu Anda mengenali tanda-tanda attitude buruk sejak dini agar bisa memperbaikinya sebelum terlambat.
Mengapa Attitude Lebih Penting dari Skill dalam Karier
Skill memang penting, tetapi attitude menentukan bagaimana skill itu digunakan dalam keseharian. Banyak perusahaan yang lebih memilih karyawan dengan kemampuan biasa saja namun memiliki sikap positif, dibandingkan mereka yang sangat cerdas tapi sulit diajak bekerja sama. Sebab pada akhirnya, kemampuan teknis bisa dilatih, sementara karakter dan etika kerja jauh lebih sulit dibentuk. Dalam berbagai survei dan laporan HR global, sikap atau perilaku negatif sering kali menjadi faktor utama di balik pemecatan karyawan, bahkan lebih sering daripada kekurangan kemampuan teknis. CareerBuilder, misalnya, pernah melaporkan bahwa lebih dari separuh kasus bad hire disebabkan oleh attitude yang buruk, bukan karena kompetensi yang kurang.
Temuan ini menunjukkan bahwa memiliki skill tinggi saja tidak cukup jika perilaku seseorang justru merusak dinamika kerja dan menurunkan kepercayaan tim. Ini membuktikan bahwa memiliki skill tinggi saja tidak cukup jika perilaku Anda justru menimbulkan masalah bagi tim. Attitude positif menunjukkan bahwa seseorang bisa diandalkan, mudah beradaptasi, dan terbuka terhadap pembelajaran baru. Sebaliknya, attitude negatif perlahan menciptakan jarak, membuat rekan kerja enggan berkolaborasi, atasan kehilangan kepercayaan, dan pada akhirnya peluang karier semakin menyempit.
Karena itu, sebelum kemampuan teknis Anda diasah lebih jauh, penting untuk memastikan sikap Anda di tempat kerja tetap sehat dan profesional. Lalu, bagaimana mengenali tanda-tanda bahwa seseorang memiliki sikap yang bisa menghambat kesuksesan? Mari kita bahas lebih dalam dalam bagian berikut ini: Tanda-Tanda Attitude Buruk yang Perlu Diwaspadai.
Baca juga: CV Scoring Otomatis dengan AI untuk Rekrutmen Cepat
1. Sulit Menerima Kritik
Salah satu tanda paling jelas dari attitude buruk adalah ketika seseorang menolak masukan atau langsung tersinggung saat diberi kritik. Orang dengan mental defensif cenderung merasa selalu benar, sulit menerima pandangan berbeda, dan menutup diri dari kesempatan untuk berkembang. Sikap seperti ini membuat proses belajar terhambat, karena setiap saran dianggap sebagai serangan, bukan kesempatan untuk memperbaiki diri.
Di dunia profesional, kemampuan menerima kritik dengan lapang dada adalah kunci pertumbuhan. Feedback — baik dari rekan kerja maupun atasan — sebenarnya merupakan cermin untuk melihat hal-hal yang mungkin luput dari perhatian kita. Jika Anda sering merasa perlu membela diri setiap kali dikritik, mungkin sudah saatnya berhenti sejenak dan mengevaluasi diri. Belajar menerima kritik bukan tanda kelemahan, melainkan bukti kedewasaan dan kesiapan untuk tumbuh dalam karier.
2. Tidak Tanggung Jawab atas Kesalahan
Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan di tempat kerja — hal itu manusiawi. Namun, yang membedakan seorang profesional dengan pemula adalah bagaimana mereka meresponsnya. Orang dengan attitude buruk cenderung menyalahkan orang lain, mencari alasan, atau bahkan menghindar saat dimintai pertanggungjawaban. Padahal, sikap seperti ini hanya akan membuat kepercayaan orang lain semakin menurun dan citra profesional Anda perlahan memudar.
Sebaliknya, mengakui kesalahan dengan jujur dan berkomitmen untuk memperbaikinya menunjukkan kedewasaan dan integritas yang tinggi. Atasan jauh lebih menghargai karyawan yang berkata, “Ya, ini kesalahan saya dan saya akan memperbaikinya,” dibanding mereka yang terus berkelit. Rasa tanggung jawab adalah fondasi utama profesionalisme. Tanpa itu, seberapa pun hebat kemampuan Anda, karier akan mudah runtuh karena kehilangan kepercayaan adalah kegagalan terbesar dalam dunia kerja.
3. Sering Mengeluh dan Menyalahkan Orang Lain
Keluhan sesekali adalah hal yang wajar, terutama ketika beban kerja sedang tinggi atau situasi terasa tidak adil. Namun, jika kebiasaan mengeluh dilakukan terus-menerus tanpa solusi, hal itu justru menunjukkan attitude buruk dan ketidakmampuan menghadapi tantangan. Orang yang sering mengeluh biasanya fokus pada masalah, bukan cara memperbaikinya, sehingga energi dan produktivitasnya terbuang sia-sia.
Lebih buruk lagi, jika kebiasaan itu disertai dengan menyalahkan rekan kerja, atasan, atau keadaan. Perilaku seperti ini tidak hanya menurunkan moral tim, tetapi juga menciptakan lingkungan kerja yang tidak sehat dan penuh ketegangan. Dalam jangka panjang, rekan kerja akan mulai menjaga jarak, atasan kehilangan kepercayaan, dan peluang promosi pun perlahan menghilang. Seorang profesional sejati bukanlah yang bebas dari keluhan, tetapi yang mampu mengubah keluhan menjadi aksi nyata untuk memperbaiki keadaan.
4. Tidak Hormat pada Waktu dan Komitmen
Datang terlambat ke rapat, menunda pekerjaan, atau melewatkan tenggat waktu bukan hanya masalah kebiasaan buruk, tapi juga cerminan kurangnya rasa tanggung jawab dan profesionalisme. Attitude buruk seperti ini menunjukkan bahwa seseorang tidak menghargai waktu — baik waktu sendiri maupun waktu orang lain. Di dunia kerja yang serba cepat dan penuh target, sikap semacam ini bisa menimbulkan efek domino terhadap kinerja tim secara keseluruhan.
Sering kali perilaku ini dianggap sepele, padahal bagi atasan, hal tersebut menjadi sinyal kuat bahwa Anda tidak bisa diandalkan. Kedisiplinan dan komitmen kecil seperti datang tepat waktu, menepati janji, dan menyelesaikan pekerjaan sesuai jadwal adalah bentuk integritas yang nyata. Justru dari kebiasaan kecil inilah kepercayaan terbentuk — membedakan antara karyawan biasa dengan sosok yang siap menjadi pemimpin masa depan.
5. Enggan Berkontribusi di Luar Tugas Utama
Kalimat seperti “bukan job desk saya” sering kali menjadi tanda klasik dari seseorang yang memiliki attitude buruk di tempat kerja. Orang dengan pola pikir sempit seperti ini cenderung hanya fokus pada apa yang tertulis di deskripsi pekerjaannya, tanpa mau melangkah lebih jauh. Padahal, dunia kerja saat ini menuntut fleksibilitas dan inisiatif — dua hal yang membedakan antara karyawan biasa dan individu berorientasi pertumbuhan.
Ketika seseorang menolak berkontribusi di luar tugas utamanya, itu menandakan minimnya rasa memiliki terhadap perusahaan. Sebaliknya, mereka yang bersedia membantu tim lain, berbagi ide, atau mengambil tanggung jawab tambahan tanpa diminta menunjukkan loyalitas dan jiwa kepemimpinan. Sikap proaktif seperti inilah yang biasanya membuka peluang promosi dan membuat karier seseorang berkembang lebih cepat.
6. Menolak Bekerja Sama atau Sulit Berkolaborasi
Tidak ada kesuksesan karier yang dicapai sendirian. Dunia kerja modern dibangun di atas kolaborasi, komunikasi, dan kepercayaan tim. Namun, beberapa orang dengan attitude buruk justru merasa paling benar dan menolak bekerja sama dengan orang lain. Mereka sulit menerima pendapat, enggan berbagi informasi, atau lebih memilih bekerja sendiri karena merasa kontribusinya paling penting.
Sikap seperti ini tidak hanya menghambat produktivitas, tapi juga menimbulkan jarak sosial di antara rekan kerja. Orang yang sulit berkolaborasi cenderung dihindari tim dan lama-kelamaan bisa dianggap sebagai “beban organisasi.” Padahal, kolaborasi bukan berarti kehilangan pendirian—melainkan kemampuan menyeimbangkan ego pribadi dengan tujuan bersama. Mampu bekerja dalam tim menunjukkan kedewasaan, fleksibilitas, dan kesiapan untuk tumbuh di lingkungan profesional yang dinamis.
7. Tidak Menghormati Rekan Kerja
Salah satu tanda paling jelas dari attitude buruk adalah kurangnya rasa hormat terhadap orang lain. Hal ini bisa muncul dalam bentuk ucapan yang kasar, nada bicara yang merendahkan, atau perilaku kecil seperti memotong pembicaraan dan menyepelekan pendapat rekan kerja. Bahkan hal yang tampak sepele, seperti bergosip di balik orang lain, bisa menjadi cerminan sikap yang tidak profesional dan berpotensi menimbulkan konflik di lingkungan kerja.
Perilaku semacam ini menciptakan suasana kerja yang tidak nyaman dan perlahan menggerus kepercayaan antaranggota tim. Lebih dari itu, reputasi seseorang yang dikenal tidak menghormati orang lain akan dengan cepat menyebar — dunia kerja jauh lebih kecil dari yang kita bayangkan. Sekali nama Anda tercoreng, butuh waktu lama untuk memperbaikinya. Karena itu, menjaga sikap saling menghormati bukan hanya soal etika, tapi juga investasi jangka panjang dalam membangun karier yang sehat dan berkelanjutan.
Dampak Attitude Buruk terhadap Karier
Attitude buruk bukan hanya membuat orang lain enggan berinteraksi dengan Anda, tetapi juga bisa secara langsung menghancurkan karier yang telah dibangun dengan susah payah. Bahkan, satu kesalahan kecil dalam bersikap bisa menimbulkan efek domino yang sulit diperbaiki. Berikut beberapa dampak nyata yang perlu diwaspadai:
- Reputasi Profesional Turun
Sekali Anda dikenal sebagai orang yang sulit diajak kerja sama, sulit bagi rekan kerja atau atasan untuk kembali menaruh kepercayaan. Reputasi di tempat kerja ibarat bayangan — butuh waktu lama untuk membentuknya, tapi bisa hilang dalam sekejap karena satu tindakan buruk.
- Hilangnya Kepercayaan dari Atasan dan Rekan
Kepercayaan adalah mata uang paling berharga dalam dunia profesional. Ketika atasan atau rekan kerja merasa Anda tidak bisa diandalkan, mereka akan mulai menjaga jarak. Akibatnya, proyek penting, peluang promosi, hingga tanggung jawab strategis akan lebih mudah diberikan kepada orang lain yang dianggap lebih stabil secara sikap.
- Karier Terhenti di Tengah Jalan
Banyak karyawan sebenarnya memiliki potensi besar, namun tidak pernah naik jabatan karena perilaku dan etika kerja yang buruk. Attitude negatif membuat Anda tampak tidak siap memimpin atau bekerja dalam tim. Akibatnya, karier bisa stagnan bertahun-tahun tanpa perkembangan berarti.
- Risiko Kehilangan Pekerjaan
Dalam situasi sulit seperti restrukturisasi atau efisiensi perusahaan, karyawan dengan attitude buruk biasanya menjadi prioritas pertama untuk dilepaskan. Bukan karena mereka tidak kompeten, tapi karena dianggap berisiko mengganggu kinerja tim dan iklim kerja secara keseluruhan.
Attitude buruk dapat menghancurkan karier lebih cepat daripada kesalahan teknis apa pun. Skill bisa diperbaiki, tetapi kepercayaan yang rusak sulit dipulihkan. Itulah mengapa menjaga sikap profesional dan rendah hati sangat penting jika Anda ingin memiliki karier yang panjang dan berkelanjutan.
Cara Memperbaiki Attitude Buruk Sebelum Terlambat
Menyadari bahwa Anda punya attitude buruk bukanlah aib—itu justru langkah awal menuju perubahan positif. Tidak ada manusia yang sempurna, dan hampir semua orang pernah bersikap kurang baik di tempat kerja. Perbedaannya adalah siapa yang mau mengakuinya dan berkomitmen untuk memperbaikinya. Berikut beberapa langkah yang bisa Anda lakukan untuk berubah sebelum attitude buruk menghancurkan karier Anda:
- Lakukan Introspeksi Diri
Luangkan waktu untuk menilai kembali bagaimana Anda bereaksi terhadap kritik, tekanan, atau konflik. Apakah Anda membantu menyelesaikan masalah atau justru memperkeruh suasana? Jujurlah pada diri sendiri, karena perubahan yang tulus dimulai dari kesadaran pribadi.
- Mintalah Feedback Secara Terbuka
Kadang, orang lain bisa melihat sisi yang tidak kita sadari. Mintalah pendapat jujur dari rekan kerja atau atasan, dan terimalah kritik dengan lapang dada. Umpan balik yang jujur adalah cermin berharga untuk mengenali area yang perlu diperbaiki.
- Bangun Growth Mindset
Jadikan kesalahan sebagai bahan belajar, bukan alasan untuk menyerah. Orang dengan growth mindset tidak takut gagal, karena mereka tahu setiap kegagalan adalah peluang untuk tumbuh dan memperkuat karakter profesional mereka.
- Latih Empati dan Komunikasi Positif
Cobalah memahami perasaan orang lain sebelum bereaksi. Gunakan kata-kata yang membangun, bukan menjatuhkan. Sikap empatik akan membuat Anda lebih mudah diterima, dihormati, dan dipercaya dalam lingkungan kerja.
- Kelola Emosi dengan Baik
Reaksi berlebihan sering kali menjadi pemicu masalah di tempat kerja. Belajar menenangkan diri sebelum menanggapi sesuatu akan membantu Anda terlihat lebih dewasa dan profesional di mata orang lain.
- Bangun Reputasi Baru Perlahan
Perubahan sikap tidak terjadi dalam semalam. Namun, dengan konsistensi dan ketulusan, Anda bisa membangun kembali reputasi yang pernah rusak. Tunjukkan perubahan melalui tindakan nyata, bukan hanya kata-kata.
Ingatlah bahwa attitude yang baik adalah investasi jangka panjang dalam karier Anda. Kemampuan bisa diasah, tapi sikap menentukan arah hidup profesional Anda. Tidak ada kata terlambat untuk berubah—dan setiap langkah kecil menuju perbaikan adalah kemenangan besar dalam perjalanan karier Anda.
Baca juga: Tips untuk Meningkatkan Kemampuan Coding Anda
Kesimpulan
Dalam dunia kerja yang semakin kompetitif, attitude adalah kunci yang membedakan antara mereka yang naik ke puncak dan mereka yang tersisih. Attitude buruk bisa menghancurkan karier, tak peduli seberapa hebat kemampuan seseorang. Mulailah dengan mengenali tanda-tanda kecil yang bisa menjadi awal kehancuran karier Anda: sulit menerima kritik, tidak bertanggung jawab, sering mengeluh, atau tidak menghormati rekan kerja. Ubah sikap tersebut menjadi peluang untuk tumbuh. Ingatlah, karier jangka panjang dibangun bukan hanya dengan kecerdasan, tapi juga dengan karakter dan kerendahan hati.
Temukan Lowongan Pekerjaan Di MSBU Konsultan!
