Liburan panjang sering kali dinantikan banyak orang. Tidak hanya menjadi momen istirahat, liburan juga menjadi waktu untuk memperkuat hubungan keluarga, menyegarkan pikiran, dan melarikan diri sejenak dari rutinitas pekerjaan. Namun, ketika masa liburan usai dan hari kerja kembali dimulai, banyak karyawan mengalami yang disebut dengan "post-holiday blues"—kondisi psikologis dimana seseorang merasa lesu, tidak bersemangat, dan kehilangan motivasi setelah liburan.
Fenomena ini sangat umum terjadi di berbagai tempat kerja. Jika tidak ditangani dengan tepat, post-holiday blues bisa memengaruhi produktivitas tim, meningkatkan tingkat stres, dan bahkan menyebabkan burnout. Untuk itu, perusahaan dan tim HR perlu memahami cara mengatasi masalah ini dan membantu karyawan kembali bersemangat bekerja. Berikut ini adalah beberapa cara efektif yang bisa dilakukan untuk mengatasi turunnya motivasi karyawan pasca liburan.
Baca juga: Karyawan Resign? Ini Hak yang Wajib Dipenuhi Perusahaan
Kembali ke pekerjaan setelah liburan panjang bisa sangat menantang jika karyawan langsung dihadapkan pada beban kerja yang berat. Perusahaan sebaiknya memberikan masa transisi yang lebih fleksibel, seperti:
Masa transisi ini sangat membantu karyawan untuk menyesuaikan kembali ritme kerja mereka tanpa merasa terbebani secara tiba-tiba.
Banyak karyawan ingin berbagi pengalaman liburan mereka. Memberikan ruang informal di hari pertama kerja untuk berbagi cerita dapat menciptakan suasana positif dan mempererat hubungan antar karyawan.
Beberapa ide yang bisa dilakukan:
Kegiatan ini tidak hanya menyenangkan, tetapi juga memperkuat kultur kerja yang positif dan inklusif.
Karyawan yang merasa terhubung secara emosional dengan rekan kerja dan budaya perusahaan lebih cepat bangkit dari post-holiday blues. Oleh karena itu, tim HR dan manajer perlu meningkatkan kegiatan engagement seperti:
Kegiatan semacam ini membantu membangun kembali semangat tim dan mengurangi rasa jenuh yang mungkin muncul setelah liburan.
Kembali bekerja dengan semangat biasanya dimulai dari memiliki tujuan yang jelas. Setelah liburan, arah dan prioritas pekerjaan mungkin terasa kabur. Untuk itu, bantu karyawan menyusun tujuan jangka pendek yang spesifik dan realistis.
Contohnya:
Tujuan-tujuan ini akan memberikan rasa pencapaian awal yang bisa memicu motivasi lebih besar.
Hal kecil seperti ucapan “Selamat datang kembali” bisa memberikan dampak besar bagi semangat karyawan. Apresiasi atas kembalinya mereka ke rutinitas kerja akan membuat mereka merasa dihargai dan diterima.
Beberapa ide sederhana:
Inisiatif-inisiatif ini tidak membutuhkan biaya besar, tapi dapat memberikan efek psikologis yang positif.
Setelah menikmati kebebasan waktu saat liburan, karyawan akan merasa lebih nyaman jika jadwal kerja tidak terlalu kaku saat kembali bekerja. Perusahaan bisa menawarkan fleksibilitas waktu di minggu pertama, seperti:
Fleksibilitas ini menunjukkan empati perusahaan terhadap kondisi psikologis karyawan pasca liburan.
Tidak semua karyawan mengalami post-holiday blues dengan cara yang sama. Ada yang cepat pulih, tapi ada juga yang menunjukkan tanda-tanda burnout atau stres berat. Perusahaan perlu memberikan ruang bagi karyawan untuk berkonsultasi atau berbicara secara pribadi jika dibutuhkan.
Langkah yang bisa diambil:
Pendekatan yang berempati seperti ini menunjukkan bahwa perusahaan peduli terhadap kesehatan mental karyawan.
Jika post-holiday blues terjadi setelah libur akhir tahun, maka ini saat yang tepat untuk menunjukkan kepada tim visi dan arah perusahaan di tahun baru. Memberikan pandangan besar tentang apa yang akan dicapai dapat menjadi pemicu semangat yang efektif.
Misalnya:
Ketika karyawan merasa menjadi bagian dari visi yang lebih besar, motivasi mereka akan bangkit kembali.
Setiap orang memiliki cara dan kecepatan yang berbeda dalam menyesuaikan diri. Sebagai manajer atau tim HR, penting untuk tidak menyamaratakan semua karyawan dalam satu standar pemulihan.
Berikan ruang untuk:
Adaptasi yang bersifat individual akan membuat karyawan merasa dihargai dan didukung.
Motivasi akan lebih mudah tumbuh jika karyawan merasa pekerjaan mereka bermakna dan berdampak. Untuk itu, berikan mereka proyek atau aktivitas yang tidak hanya rutin, tapi juga memberikan tantangan atau kontribusi nyata.
Beberapa contohnya:
Karyawan yang merasa pekerjaan mereka berarti, akan lebih mudah mengatasi rasa lesu pasca liburan.
Baca juga: Tindakan Hukum untuk Karyawan yang Rugikan Perusahaan
Post-holiday blues adalah hal yang wajar dan manusiawi. Namun, jika dibiarkan tanpa perhatian, kondisi ini bisa merugikan produktivitas dan kesehatan mental karyawan. Sebagai pemimpin atau tim HR, penting untuk memahami bahwa motivasi tidak selalu langsung kembali 100% setelah liburan. Maka dari itu, pendekatan yang empatik, fleksibel, dan humanis menjadi kunci untuk mengembalikan semangat kerja.
Dengan menerapkan berbagai cara di atas, kamu tidak hanya membantu karyawan melewati masa transisi dengan baik, tetapi juga memperkuat loyalitas dan engagement mereka terhadap perusahaan. Liburan memang telah usai, tapi dengan pendekatan yang tepat, semangat kerja bisa tetap menyala sepanjang tahun.
Temukan Lowongan Pekerjaan Di MSBU!