Blog MSBU | Tips & Insight Dunia IT Recruitment

Cara Mengukur ROI dari Proses Rekrutmen Secara Akurat

Written by Nur Rachmi Latifa | 19 Nov 2025

Setiap investasi harus bisa diukur dampaknya terhadap kinerja perusahaan — termasuk investasi pada proses rekrutmen. Banyak organisasi masih memandang rekrutmen sebatas kebutuhan operasional, padahal sesungguhnya ia adalah bentuk investasi jangka panjang terhadap sumber daya manusia (SDM). Untuk memastikan bahwa investasi tersebut menghasilkan keuntungan yang nyata, diperlukan ukuran yang terukur dan objektif: ROI (Return on Investment). Mengukur ROI dari proses rekrutmen membantu perusahaan memahami apakah biaya yang dikeluarkan — mulai dari iklan lowongan, software HR, hingga pelatihan karyawan baru — benar-benar sepadan dengan hasil yang diperoleh. Dengan kata lain, ROI menjawab pertanyaan: “Apakah proses rekrutmen kita benar-benar efisien dan menguntungkan?”

ROI dan Kaitannya dengan Rekrutmen

ROI (Return on Investment) adalah indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian dari suatu investasi. Dalam konteks HR dan rekrutmen, ROI membantu menilai apakah investasi yang dilakukan dalam proses perekrutan seperti pembelian aplikasi HRD, pelatihan recruiter, atau kampanye employer branding yang memberikan dampak finansial yang positif. Rumus dasar ROI adalah:

ROI = (Keuntungan Bersih – Biaya Investasi) / Biaya Investasi × 100%

Jika hasilnya positif dan tinggi, berarti investasi Anda memberikan keuntungan yang baik. Sebaliknya, jika nilainya rendah atau bahkan negatif, berarti strategi rekrutmen perlu dievaluasi ulang. Mengukur ROI rekrutmen bukan hanya soal angka, melainkan upaya memastikan bahwa setiap rupiah yang dikeluarkan memberikan nilai tambah nyata — baik dalam bentuk efisiensi waktu, peningkatan produktivitas, maupun pengurangan turnover.

Baca juga: Manfaat Talent Pool dalam Strategi Rekrutmen Perusahaan

Komponen Biaya dalam Proses Rekrutmen

Sebelum melakukan perhitungan ROI, HR perlu memahami secara menyeluruh seluruh biaya yang terlibat dalam proses rekrutmen. Tanpa identifikasi biaya yang detail, hasil perhitungan ROI bisa menjadi bias dan tidak mencerminkan kondisi sebenarnya. Proses rekrutmen modern mencakup berbagai aspek, mulai dari aktivitas pemasaran hingga pelatihan karyawan baru, sehingga setiap komponen perlu dihitung secara cermat. Berikut adalah beberapa biaya utama yang perlu diperhatikan:

Biaya Iklan dan Promosi Lowongan

Termasuk pengeluaran untuk pemasangan lowongan di portal rekrutmen, media sosial, situs karier, hingga kampanye employer branding. Biaya ini penting karena berpengaruh langsung terhadap jumlah dan kualitas kandidat yang melamar.

Biaya Software atau Aplikasi HRD

Meliputi investasi pada teknologi seperti applicant tracking system (ATS), sistem absensi online, hingga aplikasi payroll yang membantu otomatisasi dan efisiensi kerja HR. Meskipun tampak besar di awal, biaya ini sering kali memberikan keuntungan jangka panjang dalam bentuk penghematan waktu dan tenaga.

Biaya Sumber Daya Internal

Termasuk waktu dan tenaga yang dihabiskan oleh tim HR dan manajer untuk melakukan penyaringan CV, wawancara, penilaian, hingga proses onboarding. Biaya ini sering kali tidak tercatat secara langsung, padahal berkontribusi besar terhadap total investasi rekrutmen.

Biaya Pelatihan dan Adaptasi Karyawan Baru

Meliputi kegiatan orientasi, mentoring, serta pelatihan teknis agar karyawan baru siap bekerja secara efektif. Tahapan ini penting karena investasi di awal dapat mempercepat adaptasi dan meningkatkan quality of hire.

Biaya Turnover

Setiap kali karyawan keluar, perusahaan kehilangan bukan hanya biaya rekrutmen dan pelatihan, tetapi juga potensi produktivitas yang terhenti sementara. Biaya turnover dapat menjadi salah satu komponen terbesar jika tingkat retensi perusahaan rendah.

Dengan memahami seluruh komponen biaya ini, HR dapat melakukan perhitungan ROI yang lebih akurat, realistis, dan representatif terhadap kondisi operasional perusahaan. Analisis biaya yang lengkap juga membantu organisasi membuat keputusan strategis dalam mengoptimalkan proses rekrutmen dan menekan pengeluaran yang tidak perlu.

Menentukan Tujuan dan Indikator ROI Rekrutmen

ROI akan sulit dihitung tanpa adanya tujuan yang jelas dan terarah. Sebelum mulai melakukan perhitungan, HR perlu terlebih dahulu menetapkan apa yang ingin dicapai dari proses rekrutmen tersebut. Apakah perusahaan berfokus untuk menghemat biaya perekrutan, meningkatkan kualitas kandidat yang diterima, atau justru ingin menurunkan tingkat turnover agar retensi karyawan meningkat secara signifikan? Menentukan arah ini sangat penting karena setiap tujuan akan membutuhkan pendekatan dan indikator pengukuran yang berbeda. Setelah tujuan utama ditetapkan, HR dapat menyusun Key Performance Indicators (KPI) sebagai acuan dalam menilai keberhasilan strategi rekrutmen. Beberapa KPI yang umum digunakan antara lain:

  • Time to Hire – mengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk merekrut dan menempatkan kandidat baru dalam posisi tertentu.
  • Cost per Hire – menghitung total biaya perekrutan dibagi dengan jumlah kandidat yang berhasil direkrut, untuk menilai efisiensi biaya.
  • Quality of Hire – menilai seberapa efektif dan produktif karyawan baru dalam mencapai target kinerja yang telah ditetapkan.
  • Employee Retention Rate – menunjukkan persentase karyawan yang tetap bertahan selama periode tertentu setelah direkrut, sebagai indikator keberhasilan jangka panjang.

Dengan KPI yang terdefinisi dengan baik, HR dapat menghitung ROI secara lebih objektif, terukur, dan relevan dengan tujuan bisnis. Pendekatan ini tidak hanya membantu memantau efisiensi biaya, tetapi juga memberikan wawasan strategis tentang bagaimana proses rekrutmen berkontribusi terhadap pertumbuhan dan keberlanjutan perusahaan.

Langkah-Langkah Mengukur ROI dari Proses Rekrutmen

Mengukur ROI dari proses rekrutmen membutuhkan pendekatan yang sistematis agar hasilnya benar-benar mencerminkan efektivitas investasi perusahaan terhadap sumber daya manusia. Berikut langkah-langkah yang dapat diikuti HR untuk mendapatkan perhitungan ROI yang akurat dan bermanfaat:

Tentukan Biaya Implementasi

Langkah pertama adalah menghitung seluruh biaya investasi yang dikeluarkan dalam proses rekrutmen. Misalnya, perusahaan dengan 100 karyawan mengalokasikan Rp35.000.000 per tahun untuk aplikasi HRD yang mencakup fitur absensi, payroll, dan manajemen shift. Biaya ini biasanya sudah termasuk lisensi tahunan, pelatihan pengguna (super admin), dan biaya integrasi sistem. Dengan memahami total biaya implementasi sejak awal, HR dapat memiliki dasar yang jelas untuk menilai efektivitas hasil yang diperoleh.

Identifikasi Keuntungan atau Penghematan

Setelah biaya diketahui, langkah berikutnya adalah menghitung manfaat dan efisiensi yang dihasilkan dari investasi tersebut. Misalnya, HR dapat menghemat 20 jam kerja per bulan berkat otomatisasi absensi dan payroll, tingkat turnover turun dari 20% menjadi 10%, serta penghematan biaya pelatihan dan rekrutmen mencapai puluhan juta rupiah per tahun. Semua bentuk efisiensi ini harus dikonversi ke nilai uang agar bisa dibandingkan langsung dengan biaya investasi.

Gunakan Rumus ROI

Selanjutnya, masukkan data tersebut ke dalam rumus standar ROI:
ROI = (Keuntungan – Biaya Investasi) / Biaya Investasi × 100%
Contohnya, jika total keuntungan dari efisiensi dan penghematan mencapai Rp150.000.000 dengan biaya investasi Rp35.000.000, maka hasilnya adalah:
(150.000.000 – 35.000.000) / 35.000.000 × 100% = 330%.
Artinya, setiap Rp1 yang diinvestasikan menghasilkan Rp3,3 keuntungan, sebuah indikator bahwa strategi rekrutmen yang diterapkan sangat efisien dan menguntungkan.

Evaluasi Hasil dan Tindak Lanjut

Langkah terakhir adalah menganalisis hasil perhitungan ROI untuk menentukan efektivitas strategi rekrutmen yang dijalankan. Jika ROI tinggi, berarti pendekatan yang diterapkan sudah berjalan optimal. Namun, jika ROI rendah, HR perlu mengevaluasi penyebabnya—apakah karena biaya yang terlalu besar, proses yang belum efisien, atau kualitas rekrutmen yang masih kurang baik. Evaluasi ini penting untuk memastikan perbaikan berkelanjutan dan pengambilan keputusan yang lebih tepat di masa depan.

Dengan mengikuti langkah-langkah di atas secara disiplin, HR dapat memastikan bahwa setiap rupiah yang dikeluarkan dalam proses rekrutmen memberikan hasil yang terukur, berkelanjutan, dan berkontribusi langsung terhadap peningkatan produktivitas serta profitabilitas perusahaan.

Contoh Studi Kasus Menghitung ROI Rekrutmen

Sebuah perusahaan memutuskan untuk berinvestasi dalam sistem rekrutmen digital senilai Rp50 juta per tahun, mencakup langganan platform rekrutmen online, sistem seleksi otomatis, dan pelatihan untuk tim HR. Sebelum menggunakan sistem ini, proses perekrutan memakan waktu rata-rata 40 hari per posisi, dengan biaya rata-rata Rp12 juta per kandidat dan tingkat turnover mencapai 25% per tahun. Setelah satu tahun penerapan sistem baru, waktu rekrutmen berkurang menjadi 20 hari per posisi, biaya perekrutan turun menjadi Rp8 juta per kandidat, dan tingkat turnover menurun ke 10%. Efisiensi ini menghasilkan penghematan biaya dan peningkatan produktivitas senilai sekitar Rp150 juta dalam satu tahun.

Dengan menggunakan rumus ROI = (Keuntungan – Biaya Investasi) / Biaya Investasi × 100%, maka ROI-nya adalah:
(150.000.000 – 50.000.000) / 50.000.000 × 100% = 200%.
Artinya, setiap Rp1 yang diinvestasikan dalam sistem rekrutmen digital menghasilkan Rp2 keuntungan bersih bagi perusahaan. Studi kasus ini menunjukkan bahwa pendekatan berbasis data dan otomatisasi tidak hanya mempercepat proses perekrutan, tetapi juga memberikan dampak finansial yang nyata dalam meningkatkan efisiensi dan kinerja HR secara keseluruhan.

Tips Meningkatkan ROI Rekrutmen

Mendapatkan ROI tinggi dari proses rekrutmen tidak hanya bergantung pada angka, tetapi juga pada strategi dan konsistensi dalam pelaksanaannya. HR perlu mengambil langkah-langkah yang terukur dan berkelanjutan untuk memastikan setiap investasi pada SDM memberikan hasil maksimal. Berikut beberapa tips yang bisa diterapkan untuk mengoptimalkan ROI rekrutmen:

Gunakan Teknologi HR yang Tepat

Pilih aplikasi HRD atau Applicant Tracking System (ATS) yang mampu mengotomatiskan proses administratif seperti seleksi kandidat, absensi, payroll, dan pelaporan. Dengan otomatisasi, HR dapat menghemat waktu, mengurangi human error, dan memfokuskan tenaga pada aktivitas strategis yang berdampak langsung pada produktivitas dan profitabilitas.

Fokus pada Kualitas Kandidat, Bukan Kuantitas

Merekrut banyak orang tidak selalu berarti lebih efisien. Lebih baik mendapatkan sedikit kandidat yang berkualitas tinggi dan memiliki potensi bertahan lama di perusahaan. Kualitas rekrutmen yang baik akan mengurangi biaya turnover, mempercepat adaptasi, dan berdampak langsung pada ROI jangka panjang.

Bangun Employer Branding yang Kuat

Reputasi perusahaan yang positif akan menarik kandidat unggul tanpa perlu mengeluarkan biaya besar untuk iklan lowongan. Employer branding yang kuat juga meningkatkan quality of hire, mempercepat proses rekrutmen, serta menurunkan cost per hire, sehingga efisiensi meningkat secara signifikan.

Analisis Data HR Secara Berkala

Pantau metrik penting seperti time to fill, turnover rate, dan employee engagement score untuk mendapatkan gambaran kinerja rekrutmen yang menyeluruh. Dengan data yang konsisten dan terintegrasi, HR dapat mengidentifikasi pola, menemukan area perbaikan, serta mengambil keputusan berbasis bukti untuk meningkatkan ROI.

Lakukan Retrospektif Setelah Setiap Siklus Rekrutmen

Setelah setiap proses rekrutmen selesai, lakukan evaluasi terhadap seluruh tahapan—dari biaya yang dikeluarkan hingga hasil yang diperoleh. Diskusikan bersama tim HR bagian mana yang paling efisien dan area mana yang perlu diperbaiki agar strategi rekrutmen berikutnya semakin optimal dan memberikan hasil investasi yang lebih tinggi.

Dengan menerapkan langkah-langkah di atas, HR dapat memastikan bahwa setiap proses rekrutmen bukan hanya sekadar memenuhi kebutuhan tenaga kerja, tetapi juga menjadi strategi investasi yang memberikan dampak nyata terhadap efisiensi, produktivitas, dan pertumbuhan bisnis secara berkelanjutan.

Mengapa Banyak Perusahaan Belum Mengukur ROI Rekrutmen

Meskipun pengukuran ROI dalam rekrutmen sangat penting untuk menilai efektivitas investasi sumber daya manusia, faktanya masih banyak perusahaan yang belum melakukannya secara rutin maupun sistematis. Padahal, tanpa pengukuran yang jelas, organisasi sulit mengetahui apakah strategi rekrutmen yang diterapkan benar-benar memberikan hasil yang sepadan dengan biaya yang dikeluarkan. Beberapa penyebab utama yang membuat hal ini terjadi antara lain:

  • Kurangnya data yang terintegrasi
    Banyak sistem HR masih berjalan secara manual atau bekerja dalam silo antar-divisi, sehingga data tentang biaya, performa kandidat, dan hasil rekrutmen tidak terkumpul dalam satu ekosistem yang mudah dianalisis. Akibatnya, HR kesulitan mengukur hubungan langsung antara investasi dan hasil yang dicapai.
  • Kesulitan menilai manfaat non-finansial
    Tidak semua hasil dari proses rekrutmen dapat diukur secara kuantitatif. Dampak seperti peningkatan moral karyawan, engagement, dan produktivitas sering kali bersifat kualitatif dan memerlukan metode evaluasi yang lebih mendalam untuk dinilai secara objektif.
  • Tidak adanya standar KPI HR
    Banyak perusahaan belum memiliki indikator kinerja utama yang baku untuk HR, seperti cost per hire, time to hire, atau employee retention rate. Tanpa tolok ukur ini, angka ROI menjadi sulit divalidasi dan hanya bersifat estimatif.

Namun, seiring berkembangnya teknologi dan hadirnya sistem HR modern berbasis data, hambatan-hambatan tersebut mulai dapat diatasi. Dengan otomatisasi, integrasi data, dan analisis metrik yang lebih akurat, HR kini dapat menghitung ROI rekrutmen dengan lebih presisi. Lebih dari itu, hasil pengukuran ROI dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan strategis—tidak hanya untuk efisiensi biaya, tetapi juga untuk meningkatkan kualitas rekrutmen dan memperkuat daya saing perusahaan dalam jangka panjang.

Mengubah Pandangan Rekrutmen dari Biaya Menjadi Investasi

Selama ini, HR sering dianggap sebagai cost center—bagian yang hanya menghabiskan anggaran tanpa memberikan dampak langsung terhadap pendapatan perusahaan. Padahal, ketika dikelola dengan pendekatan berbasis ROI, HR justru dapat menjadi profit enabler yang berperan penting dalam menciptakan nilai tambah dan keunggulan kompetitif bagi bisnis. Contohnya:

  • Setiap penghematan waktu HR adalah potensi keuntungan yang bisa dialihkan ke aktivitas yang lebih produktif.
  • Setiap penurunan turnover merupakan bentuk efisiensi biaya rekrutmen, pelatihan, dan adaptasi karyawan baru.
  • Setiap peningkatan produktivitas karyawan mencerminkan nilai tambah nyata yang memperkuat performa perusahaan.

Dengan cara pandang ini, HR tidak lagi hanya berfungsi administratif, melainkan menjadi mitra strategis yang mampu mendorong profitabilitas, efisiensi operasional, dan keberlanjutan jangka panjang organisasi.

Baca juga: Peran Media Sosial dalam Strategi Rekrutmen Perusahaan

Kesimpulan

Mengukur ROI dari proses rekrutmen bukan sekadar rutinitas analitis, melainkan langkah strategis untuk memastikan efisiensi dan keberlanjutan bisnis. Dengan perhitungan yang akurat, perusahaan dapat menilai apakah biaya rekrutmen sepadan dengan hasil yang diperoleh, memahami kontribusi strategi HR terhadap profit dan efisiensi, serta menentukan langkah terbaik untuk meningkatkan performa SDM. ROI yang tinggi menandakan strategi HR yang efektif—menghemat waktu, menekan biaya, dan meningkatkan produktivitas—sementara ROI rendah menjadi sinyal untuk melakukan perbaikan. Pada akhirnya, ROI mencerminkan sejauh mana perusahaan menghargai dan mengelola investasinya pada manusia.

Anda bisa mengunjungi  MSBU Konsultan!, layanan IT staffing dan rekrutmen yang dapat membantu perusahaan Anda menemukan kandidat terbaik dengan lebih aman dan efisien.