Cara Mengatasi Overconfidence dan Mengelola Ego di Kantor
Read Time 5 mins | 21 Mei 2025 | Written by: Hastin Lia
Setiap orang pasti ingin tampil percaya diri saat bekerja, apalagi jika punya banyak pengalaman dan pencapaian. Tapi tanpa disadari, kepercayaan diri yang terlalu tinggi bisa berubah menjadi overconfidence. Kalau sudah begitu, bukan lagi jadi kekuatan, justru bisa merugikan diri sendiri dan lingkungan kerja. Apalagi jika disertai dengan ego yang terlalu besar—alhasil, suasana kantor bisa jadi tidak nyaman.
Fenomena overconfidence dan ego bukan hal asing di dunia profesional. Di satu sisi, seseorang dengan kepercayaan diri tinggi memang terlihat menonjol dan meyakinkan. Namun di sisi lain, ketika perasaan “paling tahu” atau “paling hebat” mulai menguasai, kemampuan untuk mendengar, belajar, dan bekerja sama bisa menurun. Artikel ini akan membahas lebih lanjut bagaimana mengidentifikasi tanda-tandanya, memahami dampaknya, dan tentu saja, cara mengatasinya agar tetap menjadi pribadi yang profesional dan disukai rekan kerja.
Apa Itu Overconfidence dan Ego di Lingkungan Kerja?
Overconfidence adalah kondisi di mana seseorang melebih-lebihkan kemampuannya sendiri. Ia merasa sudah cukup tahu, tidak butuh masukan, dan jarang mempertimbangkan kemungkinan salah. Di lingkungan kerja, orang dengan overconfidence cenderung tidak membuka diri terhadap pendapat orang lain, bahkan bisa meremehkan saran atau ide rekan kerja.
Sedangkan ego, dalam konteks pekerjaan, adalah dorongan untuk merasa lebih unggul, lebih benar, atau lebih penting dibandingkan orang lain. Ego bukan semata-mata soal sombong, tapi juga muncul ketika seseorang sulit mengakui kesalahan, selalu ingin terlihat berjasa, dan enggan memberi ruang pada kontribusi tim.
Kedua sikap ini bisa sangat halus. Kadang dibungkus dengan pembawaan yang percaya diri, tegas, atau "proaktif". Tapi jika dibiarkan, lama-kelamaan bisa menciptakan jarak dengan rekan kerja, menimbulkan konflik, dan bahkan menurunkan kualitas kinerja tim.
Contoh sederhananya: seseorang yang merasa ide presentasinya paling benar dan menolak masukan dari tim, atau orang yang selalu ingin menjadi pusat perhatian dalam setiap rapat tanpa menghargai kontribusi orang lain. Dalam jangka pendek mungkin terlihat produktif, tapi dalam jangka panjang bisa menjadi sumber masalah.
Baca juga: Post-Holiday Blues: Cara Atasi Turunnya Motivasi Karyawan
Dampak Negatif Jika Tidak Dikelola
Overconfidence dan ego yang tidak dikendalikan akan berdampak langsung pada hubungan kerja. Berikut beberapa dampaknya:
- Menurunnya kerja sama tim
Ketika seseorang terlalu yakin dirinya paling tahu, anggota tim lainnya bisa merasa tidak dihargai. Ini membuat mereka enggan berpendapat dan akhirnya kerja sama menjadi tidak optimal. - Pengambilan keputusan yang tidak objektif
Overconfidence sering membuat seseorang mengabaikan risiko atau masukan penting. Ini bisa menyebabkan keputusan yang diambil tidak berdasarkan pertimbangan matang. - Reputasi yang menurun
Rekan kerja mungkin awalnya kagum dengan kepercayaan diri seseorang, tapi lama-lama bisa merasa lelah jika orang tersebut sulit diajak berdiskusi dan selalu ingin menang sendiri. - Munculnya konflik interpersonal
Ego yang besar bisa memicu pertengkaran, apalagi jika dikombinasikan dengan sikap tidak mau kalah. Lingkungan kerja jadi penuh ketegangan, bukan kolaborasi. - Sulit berkembang secara profesional
Ketika merasa diri sudah “paling bisa”, keinginan untuk belajar hal baru cenderung menurun. Padahal dunia kerja terus berkembang, dan kemampuan untuk beradaptasi sangat penting.
Cara Mengatasi Overconfidence di Tempat Kerja
Overconfidence bukan berarti hal yang sepenuhnya buruk. Tapi yang perlu dilakukan adalah mengelola dan menyeimbangkannya dengan sikap terbuka. Berikut beberapa cara yang bisa diterapkan:
- Aktif minta feedback secara berkala
Jadikan feedback sebagai alat untuk tumbuh. Minta pendapat dari atasan, rekan sejawat, atau bahkan junior. Feedback yang objektif bisa membantu menyadari apakah selama ini sikap kita sudah tepat atau belum. - Evaluasi diri secara rutin
Setelah menyelesaikan tugas atau proyek, luangkan waktu untuk mengevaluasi prosesnya. Apakah semua keputusan sudah dipikirkan matang? Apakah ada masukan yang sempat diabaikan? - Akui kesalahan dan belajar darinya
Tidak ada manusia yang sempurna. Mengakui kesalahan bukan tanda kelemahan, tapi justru bentuk kedewasaan profesional. Saat kita mau belajar dari kesalahan, itu menunjukkan bahwa kita benar-benar ingin berkembang. - Buka ruang untuk perspektif lain
Jangan langsung menolak pendapat orang lain hanya karena berbeda. Cobalah dengarkan dulu sampai tuntas. Bisa jadi ada sudut pandang yang selama ini luput dari perhatian kita. - Pahami bahwa kepercayaan diri yang sehat butuh keseimbangan
Percaya diri penting, tapi jangan sampai menutup diri terhadap koreksi. Profesional yang sukses bukan yang paling banyak bicara, tapi yang paling banyak belajar.
Cara Mengelola Ego agar Tidak Merugikan Diri Sendiri
Ego bisa muncul dalam berbagai bentuk: ingin mendapat pengakuan, sulit menerima saran, atau selalu merasa perlu membuktikan sesuatu. Berikut beberapa cara untuk mengelola ego di lingkungan kerja:
- Fokus pada tujuan bersama
Pekerjaan bukan tentang siapa yang paling terlihat, tapi bagaimana tim bisa mencapai tujuan bersama. Kalau semua anggota tim punya kesadaran ini, ego pribadi akan lebih mudah ditekan. - Belajar mendengar sebelum merespons
Salah satu tanda ego tinggi adalah cepat menanggapi tanpa mendengar dengan seksama. Latih diri untuk benar-benar memahami apa yang disampaikan orang lain sebelum bereaksi. - Apresiasi peran tim, bukan hanya diri sendiri
Kalau suatu proyek berhasil, jangan langsung menonjolkan peran pribadi. Ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang terlibat. Ini akan menunjukkan bahwa kamu menghargai proses kerja tim. - Jangan terpancing untuk selalu terlihat benar
Kadang lebih baik mundur selangkah dan memberi ruang pada orang lain untuk berbicara. Tidak semua hal harus dimenangkan. Yang penting adalah komunikasi berjalan sehat. - Latih kerendahan hati secara konsisten
Rendah hati bukan berarti tidak punya pendirian, tapi mampu menempatkan diri sesuai situasi. Saat menerima pujian, ucapkan terima kasih tanpa perlu membesar-besarkan. Saat dikritik, tanggapi dengan sikap terbuka. - Bangun identitas profesional berdasarkan kontribusi, bukan status
Jangan ukur harga diri dari jabatan atau pengaruh. Ukur dari seberapa banyak kamu bisa membantu orang lain tumbuh dan seberapa besar dampak positif yang kamu berikan pada tim.
Baca juga: Cognitive Overload: Cara Mengelola Beban Kerja dengan Cerdas
Kesimpulan
Mengatasi overconfidence dan mengelola ego bukan berarti merendahkan diri, melainkan membangun keseimbangan antara percaya diri dan kesadaran diri. Dunia kerja membutuhkan orang-orang yang tangguh tapi tetap rendah hati, yakin tapi tetap terbuka, profesional tapi tetap manusiawi. Saat kamu bisa mengelola overconfidence dan ego dengan baik, bukan hanya hubungan kerja yang membaik—karier pun bisa berkembang lebih sehat dan berkelanjutan.
Temukan Lowongan Pekerjaan Di MSBU!